TEMPO.CO, Jakarta - Kereta Prambanan Ekspres (Prameks) yang terguling sudah diramal mengalami kesalahan desain. Pengamat transportasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Taufik Hidayat, sebelum kecelakaan sempat memberikan komentar mengenai banyaknya kereta sejenis yang rusak.
Menurut dia, kereta yang dikerjakan PT Inka mengalami banyak masalah. "Sejak awal, proyek KRDE memang sudah bermasalah. Kesalahan bahkan sangat mendasar, yakni dari sisi manufaktur dan desain kereta," kata Taufik.
Pada awal peluncuran Prameks pada 20 Mei 1994, masih digunakan rangkaian KA Senja Utama Solo yang sedang istirahat. Kala itu, rute Solo-Yogya dilayani tiga kali perjalanan. Era rangkaian yang ditarik lokomotif berakhir pada tahun 1998, digantikan kereta diesel (KRD).
KRD yang sudah uzur menyulitkan operasional jalur Prameks. Rangkaian KRD sering mengalami kerusakan. Padahal peminat Prameks semakin bertambah. Awal peluncuran tahun 2004 baru 965.232 penumpang. Ketika tahun 2007, jumlah perjalanan ditambah menjadi 10 kali jalur Yogya-Solo. Penumpang pun melonjak menjadi 1.197.592. Puncaknya, tahun 2009, penumpang Prameks bisa mencapai 2,6 juta.
Perkembangan kereta Prameks setelah era KRD berubah pada Maret 2008. Daerah Operasi (Daops) VI Yogyakarta menambah dengan kereta rel diesel elektrik (KRDE) produksi PT INKA. Rangkaian KRDE merupakan rekondisi dari KRL buatan Holec Belanda.
Sebelumnya, KRDE digunakan pada kelas ekonomi KRL Jabotabek. Padahal perawatan KRDE Holec buatan 1980 dikenal sulit karena pabriknya sudah ditutup. Alasan dipilihnya KRDE karena punya keunggulan memiliki daya angkut lebih besar.
Tahun 2010, dalam sehari, Prameks melayani 22 perjalanan yang dilayani tiga set kereta diesel elektrik (KRDE) dan tiga kereta rel diesel (KRD). Jarak tempuh Solo-Yogya yang mencapai 600 kilometer membuat rangkaian KRDE sering mengalami kerusakan.
Setahun berikutnya, perjalanan Prameks menjadi 15 perjalanan dari 22 perjalanan dalam sehari. Penyebabnya, dua dari lima set kereta harus menjalani perawatan. Ketika penumpang Prameks mencapai 8.000 per harinya pada April 2011, perjalanan dipangkas menjadi 10 kali saja. Alasannya, rangkaian kereta KRDE dan KRD butuh perawatan. Sampai akhir tahun lalu, Prameks hanya dilayani dua set KRD dan tiga KRDE dengan jarak tempuh 600 kilometer.
ARIS ANDRIANTO | EVAN PDAT | Sumber Diolah Tempo
Baca juga:
Gerbong Prameks Dibawa ke Bengkel Balai Yasa
Daftar Korban Prameks Anjlok di RS Panti Rini
Begini Dampak Anjloknya Kereta Komuter Prameks
Satu Korban Hamil, Prameks Angkut 585 Penumpang
Ada Suara Berdecit Keras Sebelum Prameks Terguling