Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Polri Lanjutkan Pengusutan Kasus 27 Juli

image-gnews
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta:Tak terpengaruh komentar berbagai pihak, Markas Besar Kepolisian RI tetap melanjutkan pengusutan kasus 27 Juli 1996. Saat ini, penyelidikan kasus itu baru mencapai tahap melengkapi petunjuk dan data. Rencananya, pekan ini, hasil pengusutan akan disampaikan kepada penyidik koneksitas dan jaksa penuntut umum.Menurut Kepala Bagian Reserse dan Kriminal Komisaris Jenderal Polisi Suyitno Landung, tidak ada perintah dari siapa pun kepada Polri untuk menunda pemeriksaan. Ia menambahkan, Presiden Megawati harus memberi perintah penundaan melalui surat resmi. "Harus ada surat tertulis, dan saya belum dengar ada perintah penundaan," katanya saat dihubungi Tempo News Room kemarin sore.Dalam kasus ini, katanya, belum ada calon presiden yang akan diperiksa. Sebelumnya, Kepala Polri Jenderal Pol. Da'i Bachtiar juga mengatakan, ia belum mendengar langsung keinginan Megawati untuk menunda pengusutan kasus 27 Juli. Da'i mengatakan, pihaknya akan menyerahkan proses hukum kepada penyidik koneksitas dan jaksa penuntut umum. "Sebab, proses hukum itu yang menentukan mereka. Tidak ada tanggung jawab politis," katanya.Seperti diberitakan Koran Tempo kemarin, Presiden Megawati menginginkan pengusutan kasus 27 ditunda hingga pemilihan presiden selesai. Keinginan Megawati itu disampaikan Wakil Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Pramono Anung, Jumat.Namun, Pramono kemarin mengatakan, ada salah pengertian yang ditangkap media massa dari pernyataannya. "Intinya yang saya katakan kemarin, Mega hanya tidak ingin ada intervensi penegakan hukum, sementara hal-hal lain yang berkaitan dengan penegakan hukum merupakan kewenangan institusi penegak hukum itu sendiri," kata Pramono "Ibu Mega sangat menghormati penegakan hukum sehingga beliau tidak ingin menggunakan instrumen apa pun yang berkaitan dengan capres lain dalam rangka melakukan intervensi," ujarnya seraya menambahkan bahwa Megawati sama sekali tak menginginkan kasus 27 Juli menjadi polemik. Bukan hanya Pramono yang melakukan klarifikasi. Kemarin, Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) mendatangi Mabes Polri untuk melakukan hal sama. Salah satu anggotanya, Dwi Ria Latifa, menegaskan, kedatangannya bersama Trimedya Panjaitan, Petrus Selestinus, dan Martin Erwan ke Mabes Polri bukan untuk melakukan intervensi pada perkara yang sedang ditangani Polri itu. "Kami datang untuk melakukan klarifikasi," kata Dwi.Menurut Dwi, TPDI merasa perlu melakukan hal itu karena, berdasarkan informasi dari media massa, kasus 27 Juli telah siap dilimpahkan ke kejaksaan. Ia juga menyebutkan, setiap mendekati Juli, kasus ini selalu muncul kembali, tapi selalu tanpa penyelesaian. Sementara itu, salah seorang korban tragedi itu, Andi Arief, menganggap upaya Presiden Megawati untuk mengungkapnya kembali hanyalah untuk mencari simpati menjelang pemilihan presiden. Menurut dia, apa pun yang ditempuh Mega saat ini cuma untuk kepentingan politik. "Apa pun langkah Mega tak akan berbuah simpati," ujarnya. Andi mengatakan, bila Mega benar-benar serius menegakkan hukum, seharusnya sejak jauh-jauh hari kasus ini sudah dituntaskan. Menurut dia, para korban sudah tidak percaya lagi ada itikad baik Mega untuk menuntaskannya. Kalaupun kasus ini terus diselidiki, ia hanya bisa menyandarkan harapan pada rezim yang bakal terpilih nanti--"Tentunya bukan Megawati dan calon-calon yang terindikasi terlibat kasus itu--kasus yang menuai simpati bagi Mega sebagai pihak tertindas saat itu." mawar kusuma/muhamad fasabeni/poernomo g. ridho
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Kenang Peristiwa Kudatuli, PDIP Surabaya Gelar Peringatan Dua Hari

27 Juli 2022

Ketua PDIP Surabaya Adi Sutarwijono (berdiri) memberi sambutan pada acara Refleksi Kudatuli, 27 Juli 2022. (Foto istimewa)
Kenang Peristiwa Kudatuli, PDIP Surabaya Gelar Peringatan Dua Hari

Pada 28 Juli 1996 kerusuhan Kudatuli merembet ke Surabaya. Terjadi unjuk rasa besar di area Kebun Binatang dan berlanjut ke Jalan Diponegoro.


PDIP Gelar Tabur Bunga Kenang Peristiwa Kudatuli

27 Juli 2022

Sejumlah pengurus teras DPP PDI Perjuangan menggelar tabur bunga untuk memperingati Peristiwa Kudatuli di kantor DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa, 27 Juli 2021. Istimewa.
PDIP Gelar Tabur Bunga Kenang Peristiwa Kudatuli

Acara itu dipimpin Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto bersama beberapa politikus PDIP lainnya.


PDIP Diminta Dorong Penuntasan Kasus 27 Juli, Korban: Jangan Cuma Jadikan Komoditas Politik

22 Juli 2022

Sejumlah pengurus teras DPP PDI Perjuangan menggelar tabur bunga untuk memperingati Peristiwa Kudatuli di kantor DPP PDIP, Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa, 27 Juli 2021. Istimewa.
PDIP Diminta Dorong Penuntasan Kasus 27 Juli, Korban: Jangan Cuma Jadikan Komoditas Politik

Iwan menyebut, PDIP sebagai partai berkuasa mestinya bisa mendorong penuntasan kasus 27 Juli 1996.


Hasto PDIP: Kudatuli Menjadi Benih Perjalanan Reformasi

27 Juli 2020

Forum Nasional 27 Juli 1996 menggelar aksi di depan Gedung DPP PDIP, Jakarta Pusat pada Sabtu, 27 Juli 2019 (Andita Rahma)
Hasto PDIP: Kudatuli Menjadi Benih Perjalanan Reformasi

Peristiwa Kudatuli bermula dari dualisme di tubuh Partai Demokrasi Indonesia atau PDI.


Ribka Melihat PDIP Tak Serius Selesaikan Kasus Kudatuli

28 Juli 2019

Tangis Ribka Tjiptaning pecah ketika memperingati peristiwa kerusuhan 27 Juli 1996 atau yang lebih dikenal  Kudatuli. Berurai airmata, Ketua DPP PDIP itu berkeliling gedung DPP PDIP Diponegoro bersama para korban Kudatuli dan Satgas PDIP yang dulu bersama-sama berjuang membela Megawati Soekarnoputri melawan rezim orde baru. Tempo/Dewi Nurita
Ribka Melihat PDIP Tak Serius Selesaikan Kasus Kudatuli

Ribka Tjiptaning blak-blakan mengungkap bahwa sebetulnya Kudatuli, bisa diselesaikan jika ada keseriusan dari petinggi-petinggi PDIP.


Mengenang Kudatuli : Mimbar Bebas, Setan Gundul dan Bentrokan

27 Juli 2019

Pengurus DPP PDI Perjuangan mendatangi kantor Komnas Hak Asasi Manusia di Jakarta, 26 Juli 2018, untuk berdialog tentang kasus 27 Juli 1996. AMSTON PROBEL
Mengenang Kudatuli : Mimbar Bebas, Setan Gundul dan Bentrokan

Korban kerusuhan 27 Juli 1996 atau peristiwa Kudatuli terus menagih hak mereka.


Tangis Ribka Tjiptaning Pecah di Tengah Sepi Peringatan Kudatuli

27 Juli 2019

Ketua DPP PDIP Ribka Tjiptaning saat ditemui Tempo di ruangannya, lantai 4 kantor DPP PDIP Diponegoro, Sabtu, 27 Juli 2019. TEMPO/Dewi Nurita
Tangis Ribka Tjiptaning Pecah di Tengah Sepi Peringatan Kudatuli

Tangis Ribka Tjiptaning pecah ketika memperingati peristiwa kerusuhan 27 Juli 1996 atau yang lebih dikenal Kudatuli di kantor DPP PDIP hari ini.


Ribka Tjiptaning: Kami Dorong Jokowi Selesaikan Kasus Kudatuli

27 Juli 2019

Forum Nasional 27 Juli 1996 menggelar aksi di depan Gedung DPP PDIP, Jakarta Pusat pada Sabtu, 27 Juli 2019 (Andita Rahma)
Ribka Tjiptaning: Kami Dorong Jokowi Selesaikan Kasus Kudatuli

Politikus PDIP Ribka Tjiptaning meminta Presiden Jokowi segera menuntaskan kasus 27 Juli atau Kudatuli.


Sudah 23 Tahun, Nasib Korban Kasus Kudatuli Tak Kunjung Jelas

27 Juli 2019

Ali Husen 43 Tahun, Ketua Forum Nasional 27 Juli 1996. Kader PDI Posko Jakarta Barat, korban kerusuhan 26 Juli 1996 yang pernah ditahan di Rutan Pondok Bambu, Jakarta Timur. Tempo/Dewi Nurita
Sudah 23 Tahun, Nasib Korban Kasus Kudatuli Tak Kunjung Jelas

Korban kerusuhan 27 Juli 1996 atau yang lebih dikenal dengan Kudatuli tak berhenti menuntut penuntasan kasus yang mereka alami.


Cerita Kudatuli, Sabtu Kelabu 23 Tahun Silam

27 Juli 2019

Megawati Soekarnoputri, meresmikan kantor baru DPP PDIP di Jalan Diponegoro No.58, Jakarta, 1 Juni 2015. Setelah Peristiwa 27 Juli 1996 meletus kantor tersebut direbut oleh massa pendukung PDI versi Kongres Medan, Soerjadi. TEMPO/Imam Sukamto
Cerita Kudatuli, Sabtu Kelabu 23 Tahun Silam

Peristiwa kerusuhan dua puluh tujuh juli atau Kudatuli hingga saat ini masih tak jelas ujung pangkalnya. Korban meminta namanya direhabilitasi.