TEMPO.CO, Bali - Peringatan 10 Tahun Bom Bali I berjalan lancar di Lotus Pond Garuda Wisnu Kencana (GWK) pada Jumat, 12 Oktober 2012. Dalam peringatan Bom Bali I untuk terakhir kali ini, korban beserta keluarga serta masyarakat Bali diminta untuk memaafkan dalang dari tragedi kemanusiaan yang meregang lebih dari 202 nyawa itu.
Perdana Menteri Australia Julia Gillard dalam pidato singkatnya menegaskan bahwa kehadiran ribuan keluarga dan kerabat korban bersama beberapa korban merupakan hal yang luar biasa. “Kini saatnya kita menata kehidupan lebih baik lagi,” katanya.
Dalam peringatan yang dihadiri sekitar 2.000 orang itu tidak ada ledakan atau pun teror seperti ancaman yang diterima kepolisian beberapa waktu lalu.
Selain Gillard, mantan Perdana Menteri John Howard hadir di acara itu. Ada juga Tony Abbot selaku Ketua Oposisi Australia dan Menteri Luar Negeri RI Marty Natalegawa. Gubernur Bali Made Mangku Pastika turut hadir.
Semuanya sepakat bahwa apa pun latar negara dan agama, hal tersebut tidak menjadi soal. Semuanya adalah satu dan bekerja sama untuk memerangi aksi teroris di seluruh dunia.
Gillard juga mengapresiasi segala kerja keras pemerintahan PM John Howard kala itu yang telah memperhatikan keluarga korban.
Gillard juga memuji Pastika yang saat itu menjabat Kepala Kepolisian Daerah Bali. Pastika dianggap berhasil menangkap kelompok teroris yang beraksi di Bali 12 Oktober 2002. Dengan keberhasilan itu, masyarakat percaya bahwa hukum telah ditegakkan melalui penghukuman bagi pelaku.
Melupakan tragedi pengeboman itu, kata Gillard, bukanlah hal yang mudah. Dalam prosesnya, hal ini sangat sulit dilakukan. Namun, dengan peringatan ini, Gillard mengajak masyarakat untuk memaafkan dan mengulang kembali kerja sama dengan cara yang lebih baik.
Howard juga mengungkapkan hal yang sama. Menurut Howard, korban yang tewas tidak akan pernah terlupakan. Meskipun banyak anak muda mereka yang menjadi korban dalam Bom Bali 2002, warga Australia akan tetap berlibur dan menikmati fasilitas pariwisata di Bali.
Marty, yang mewakili Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dalam sambutannya mengatakan bahwa aksi-aksi teroris hanya menguji tekad dan ketahanan bangsa Indonesia. “Demokrasi di Indonesia makin kuat dan ini menjadi respons atas serangan mereka. Saat ini kita membuktikan bahwa kita berhasil,” ujar dia.
Sama seperti Gillard, Pastika sudah lebih dulu mengajak warga untuk lebih memaafkan daripada tetap menyimpan dendam. “Di tahun ke-10 ini, mari kita maafkan perbuatan mereka agar kehidupan kita lebih baik. Kita akan buktikan bahwa aksi teroris mereka akan gagal,” katanya.
Sayangnya, beberapa keluarga dan korban yang datang mengaku sulit untuk memaafkan pelaku.
KETUT EFRATA
Berita lain:
Ditanya Soal Anas, Angie Sesenggukan
Politikus PKS Tanyakan Duit Saweran Gedung KPK
Rosa Akui Sering Bertemu Angie
Mantan FBI Sarankan Indonesia Belajar Ke Singapura
3 Bahasa Terpopuler di Indonesia