TEMPO.CO, Malang - Embraer Defense and Security, pabrik pesawat di Brazil, menyerahkan empat pesawat tempur taktis Super Tucano di Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh, Malang, Senin, 17 September 2012.
Pesawat Super Tucano menggantikan OV 10 Bronco buatan Amerika yang beroperasi sejak 1976, yang sejak lima tahun lalu dikandangkan. "Program kekuatan pertahanan direncanakan selama 15 tahun ke depan," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dalam sambutannya.
Pesawat Super Tucano ini berkemampuan counter insurgency operation dan close air support. Pesawat mengangkut senjata ringan yang berfungsi sebagai pesawat serang antigerilya. Empat pesawat ini merupakan penyerahan tahap awal dari 16 pesawat. Sedangkan sisanya bakal tiba di semester pertama 2014. Total nilai pesawat seharga US$ 143 juta atau Rp 1,3 triliun.
Pesawat yang diserahkan ke TNI AU ini berwarna dasar loreng abu-abu, dengan bagian moncong berupa lukisan cocor hiu warna merah. Warna dan lukisan pesawat ini sesuai dengan tradisi skuadron yang awalnya diperkuat dengan pesawat Mustang P 51. Pesawat ini diterbangkan langsung dari Brazil dalam jarak tempuh selama 54 jam 35 menit.
Dalam kesempatan itu, selaku wakil pemerintah, Purnomo menyerahkan pesawat tersebut kepada Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat. Menurut Purnomo, tahun ini pemerintah menyerahkan 45 unit alutsista (alat utama sistem senjata) ke Markas Besar TNI Angkatan Darat, Angkatan Udara, dan Angkatan Laut. Sekitar 30 persen di antaranya digunakan untuk TNI Angkatan Udara.
Alutsista tersebut, menurut dia, meliputi pesawat tempur seperti F-16D, tiga jenis pesawat angkut berupa pesawat Hercules C-130H, dua jenis helikopter, dua jenis pesawat latih, dan penangkis serangan udara. Total dana yang dikucurkan sebanyak Rp 57 triliun, sekitar Rp 21 triliun merupakan dana pinjaman luar negeri. Selebihnya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat mengatakan sebagian pengadaan alat menggunakan model transfer teknologi. Seperti Super Tucano, Emrbaer bekerja sama dengan PT Dirgantara Indonesia memasok kebutuhan peralatan pendukung. Jika membeli 32 unit atau dua skuadron, sebagian pesawat akan diproduksi di PT DI.
"Persenjataan pesawat juga dilengkapi produk dalam negeri," kata dia. Pesawat Super Tucano mengangkut persenjataan seberat 1,5 ton. Meliputi rudal, bom, peluncur roket, dan senjata otomatis. Selain murah dan distribusi cepat, produk dalam negeri menjamin Indonesia mandiri dalam sistem pertahanan.
Duta Besar Brazil, Paulo Alberto Da Silveira Soares, mengatakan kerja sama sistem pertahanan kedua negara merupakan langkah strategis untuk memasarkan produk pertahanan Brazil ke pasar Asia dan negara Asean. Karena, Indonesia dianggap sebagai gerbang wilayah dan sangat potensial di wilayah Asia.
"Kerja sama ini bukan jangka pendek atau menengah, tapi jangka panjang," katanya. Pemerintah Brazil berkomitmen berbagi teknologi sistem pertahanan dengan industri dalam negeri.
EKO WIDIANTO
Terpopuler:
Polisi Anggap 20 Penyidik di KPK Ilegal
Akbar Sarankan Evaluasi Pencapresan Ical Juli 2013
ICW: KPK Bisa ''Rayu'' Penyidik Polri untuk Bertahan
Siap Negosiasi, KPK Pertahankan Kasus Simulator
Tentara pun Dikaryakan Memasak untuk Kyai