TEMPO.CO, Jakarta -Wakil Ketua Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi NU) Agus Sunyoto menilai konflik Syiah di tanah air berkaitan dengan isu politik global. Khususnya berkaitan dengan petemuan KTT Non Blok di Iran. "Saya tak percaya ini murni konflik agama. Ada intelijen bermain," katanya, Ahad, 2 September 2012.
Menurut dia, konflik utamanya berkaitan dengan kepentingan Amerika yang berharap sekretaris jenderal PBB tak menghadiri pertemuan KTT Non Blok di Iran. Tapi, Ban Ki Moon justru hadir. "Kok kejadiannya hampir bersamaan," katanya.
Ia juga melihat peledakan bom di masjid kaum syiah Pakistan 2011 lalu. Kejadian itu bersamaan dengan tekanan Amerika terhadap politik Iran. Menurutnya, revolusi Iran yang pecah pada 1990 telah memunculkan gerakan anti syiah. Gerakan ini dilakukan Negara di Timur Tengah.
Ayatollah Khomaeini mempelopori berdirinya Republik demokrasi Islam. Iran menjelma menjadi Negara Islam di bawah kekuasaan ulama dengan konsep Wilaya tul Fakih. Gerakan revolusi yang dilakukan Iran menakutkan penguasan timur tengah yang berbentuk kerajaan.
"Berapapun dana dikeluarkan untuk anti Syiah," katanya. Ia berharap konflik Syiah di Sampang Madura segera diredam. Agar tak berkembang ke daerah lain. Agus menduga jika dibiarkan akan pecah kasus serupa di daerah lain. Apalagi, keluarga pihak yang berkonflik mengakui jika kasus tersebut hanya karena konflik keluarga dan masalah perempuan.
EKO WIDIANTO
Berita Terkait
EDISI KHUSUS: Syiah Indonesia
Bagaimana Kronologi Syiah Masuk Sampang?
Rusuh Sampang, Siapa Roisul Hukama?
Kang Jalal: Konflik Sampang Bukan Soal Keluarga
Bandung, Kantong Syiah Terbesar di Indonesia
Berapa Populasi Syiah di Indonesia
Hubungan Pemerintah-Penganut Syiah Indonesia Baik
Iran Tak Pernah Bantu Syiah Indonesia
Syiah Berkembang di Indonesia Pascarevolusi Iran
Tabot, Jejak Syiah dalam Tradisi Indonesia