Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Pemicu Rusuh Sampang: Penyalahgunaan Fanatisme Agama  

image-gnews
Seorang warga Syiah korban konflik SARA melihat-lihat puing rumahnya yang terbakar di desa Karang Gayam, Sampang, Madura, Senin, (8/27). TEMPO/Fully Syafi
Seorang warga Syiah korban konflik SARA melihat-lihat puing rumahnya yang terbakar di desa Karang Gayam, Sampang, Madura, Senin, (8/27). TEMPO/Fully Syafi
Iklan

TEMPO.CO, Surabaya - Cendekiawan yang juga dikenal sebagai pakar antropolog Madura, Latief Wiyata, memaparkan, masyarakat Madura sangat sensitif terhadap isu yang berkaitan dengan agama. Bahkan bisa disebut fanatik.

Menurut Latief, kehidupan sosial dan budaya masyarakat Madura sangat diwarnai dimensi agama serta dominasi pesantren dan para kiainya.

Sifat sensitif atau fanatik tersebut bisa berdampak konstruktif atau sebaliknya, destruktif, seperti yang menimpa komunitas penganut Syiah di Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang.

"Sensitivitas tersebut amat mudah disulut untuk kepentingan kelompok di luar urusan agama, termasuk kepentingan politik dan ekonomi," kata Latief ketika dihubungi Tempo, Selasa, 28 Agustus 2012.

Latief, lelaki kelahiran Sumenep tahun 1950 itu, meraih gelar S-3 jurusan antropologi di Universitas Gadjah Mada dengan disertasi berjudul Carok, Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura. Disertasi tersebut kemudian diterbitkan menjadi sebuah buku dengan judul yang sama. Buku tersebut juga segera diterbitkan dalam bahasa Inggris. Selain itu, paling lambat akhir tahun 2012, buku Latief berjudul Mencari Madura juga akan terbit. Buku tersebut merupakan kumpulan tulisan Latief tentang masyarakat dan budaya Madura.

Latief yang menamatkan pendidikan SD di Sumenep, SMP di Pamekasan, dan SMA di Bangkalan, cukup mengenal Sampang. Bahkan ,selama 28 bulan pada 2009 hingga 2011, Latief menjadi team leader program "Sustainable Capacity Building Development" (SCBD) yang dibiayai Asian Development Bank di Pemerintah Kabupaten Sampang. Latief kini menjadi pengajar di Universitas Jember.

Latief tidak terlalu setuju bahwa kerusuhan di Nangkernang semata-mata karena konflik antara komunitas anti-Syiah dan penganut Syiah. Sebab, penganut Syiah terdapat di berbagai daerah di Indonesia. Lagi pula Majelis Ulama Indonesia sebagai institusi agama Islam tertinggi di Indonesia belum pernah menyatakan Syiah sebagai aliran sesat. "Kalau pemicunya masalah Syiah, mengapa hanya di Sampang terus berulang kerusuhan?" ujarnya.

Pemicu kerusuhan--seperti banyak diberitakan media--juga dinilai Latief aneh, yakni sekelompok pemuda anti-Syiah menghadang rombongan keluarga Syiah yang mengantarkan anaknya untuk kembali melanjutkan pendidikan di pesantren di luar Sampang setelah mengakhiri libur Lebaran. "Secara logika tidak nyambung," ujarnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Karena itu, Latief mengemukakan ada kepentingan kelompok yang menyalahgunakan sensitivitas masyarakat Madura, khususnya di Sampang. Apalagi isu yang berkaitan agama sangat mudah disulut.

Dari sisi kepentingan politik, Latief mengingatkan bahwa sejarah pelaksanaan pemilihan umum, termasuk pemilihan kepala daerah di Sampang, selalu diwarnai sentimen agama yang berujung destruktif. Di antaranya pada era kepemimpinan Soeharto. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) merasa dizalimi oleh Golkar sehingga terjadi kerusuhan besar yang ditandai dengan pembakaran kantor Golkar dan kantor-kantor pemerintah.

Pada era reformasi pun, sentimen agama masih mewarnai pertarungan antara partai-partai yang kerap membawa agama, seperti PPP dan Partai Kebangkitan Bangsa. "Nah, Desember 2012 akan berlangsung pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Sampang. Politik aliran pasti dimainkan," ucap Latief pula.

Latief mengakui perlu dilakukan kajian yang mendalam untuk mengetahui akar permasalahan di balik kerusuhan di Nangkernang. Namun Latief mengingatkan lagi bahwa selama sensitivitas terhadap agama terus dipelihara untuk kepentingan politik atau ekonomi, maka kerusuhan akan terus terulang. "Massa bergerak karena ada yang menggerakkannya," tuturnya.

Karena itu pula, menurut Latief, pola penyelesaiannya tidak cukup dengan norma hukum semata. Sebab, kenyataannya, meskipun Tajul Muluk yang disebut sebagai pemimpin Syiah divonis penjara oleh pengadilan, penyerangan terhadap penganut Syiah masih terjadi.

JALIL HAKIM

Berita lain:
MUI Kupang Kecam Kekerasan di Sampang

Marzuki Alie Malu Kericuhan Syiah Sampang

Polisi Tangkap Delapan Perusuh Sampang

Tragedi Sampang, 2 Menteri ke Madura

Budaya Carok Sampang Perkeruh Keadaan

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Viral Pengeroyokan, India Marak Aksi Kekerasan atas Nama Agama

27 Juni 2019

Seorang pengunjuk rasa memegang poster selama protes menentang aksi main hakim sendiri sampai mati terhadap seorang pria Muslim Tabrez Ansari oleh gerombolan Hindu, di Kolkata, India, 26 Juni 2019. [REUTERS / Rupak De Chowdhuri]
Viral Pengeroyokan, India Marak Aksi Kekerasan atas Nama Agama

Protes kekerasan atas nama agama digelar di India, setelah gerombolan Hindu melakukan aksi pengeroyokan terhadap seorang pria Muslim pekan lalu.


SETARA Curiga Kekerasan Pemuka Agama Sebagai Sebuah Rangkaian

20 Februari 2018

Petugas kepolisian melakukan olah TKP kasus penyerangan di Gereja Santa Lidwina, DI Yogyakarta, Minggu (11/2)11 Februari 2018. Polisi masih melakukan penyelidikan terkait kasus penyerangan gereja ini. ANTARA/Andreas Fitri Atmoko
SETARA Curiga Kekerasan Pemuka Agama Sebagai Sebuah Rangkaian

Hendardi mengatakan bahwa tujuan dari pihak yang melakukan penyerangan itu, yakni menciptakan instabilitas.


Kasus Kebaktian Pulogebang: Djarot Minta?Penghuni Rusun?Toleran

26 September 2017

Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat berkunjung ke Gedung KPK guna melakukan kerjasama dalam bidang pengawasan pajak Provinsi DKI Jakarta, 25 September 2017. Tempo/Muhammad Irfan Al Amin
Kasus Kebaktian Pulogebang: Djarot Minta?Penghuni Rusun?Toleran

Djarot mengatakan tindakan Joker membubarkan kebaktian Pulogebang tidak mencerminkan Islam yang damai dan penuh rahmat.


Rusun Tempat Kebaktian Pulogebang Jadi Percontohan Toleransi

26 September 2017

Pembentukan Forum Komunikasi Antar Agama dan Suku untuk Rusun Pulogebang pada Senin, 25 September 2017, di Rusun Pulogebang. Pembentukan forum ini dipicu kasus kebaktian Pulogebang. Warga Rusun Pulogebang
Rusun Tempat Kebaktian Pulogebang Jadi Percontohan Toleransi

Setelah kasus kebaktian Pulogebang terjadi, Forum Komunikasi akan menunjuk perwakilan dari agama dan suku pada setiap blok selaku komunikator.


Polisi Ungkap Dampak Video Viral Rusuh Kebaktian Pulogebang

26 September 2017

Surat permintaan maaf dari Nasoem Sulaiman alias Joker. Surat ini dibuat Nasoem setelah proses media bersama pihak jemaat KGPM Sidang Daniel, warga dan Polsek Cakung, Jakarta Timur. FOTO: Dokumentasi Warga
Polisi Ungkap Dampak Video Viral Rusuh Kebaktian Pulogebang

Sukatma pun menerangkan bahwa video rusuh kebaktian Pulogebang yang viral tersebut tidak lengkap .


Kasus Perusuh Kebaktian Pulogebang Dianggap Selesai Setelah...

26 September 2017

Surat permintaan maaf dari Nasoem Sulaiman alias Joker. Surat ini dibuat Nasoem setelah proses media bersama pihak jemaat KGPM Sidang Daniel, warga dan Polsek Cakung, Jakarta Timur. FOTO: Dokumentasi Warga
Kasus Perusuh Kebaktian Pulogebang Dianggap Selesai Setelah...

Tokoh masyarakat telah membuat kesepakatan agar insiden pembubaran kebaktian Pulogebang tidak terulang.


Komnas Perlindungan Anak Minta Kasus Kebaktian Pulogebang Diusut

25 September 2017

Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait berkunjung ke lokasi penggusuran di Pasar Ikan Luar Batang, Jakarta, 19 April 2016. TEMPO/Rezki
Komnas Perlindungan Anak Minta Kasus Kebaktian Pulogebang Diusut

Arist?berpendapat, menjalankan ibadah, termasuk kebaktian?Pulogebang,?adalah hak fundamental yang dilindungi secara universal.


Pria Perusuh Kebaktian Pulogebang Sudah Kembali ke Rusun

25 September 2017

Kondisi Noesam Sulaiman setelah dipukuli beberapa orang tak dikenal, sore menjelang Maghrib, 24 September 2017. Dok. warga
Pria Perusuh Kebaktian Pulogebang Sudah Kembali ke Rusun

Pria bernama Nasoem Sulaiman alias Joker terekam kamera tengah membubarkan kebaktian Pulogebang


Sisi Lain Joker Si Perusuh Kebaktian Pulogebang

25 September 2017

Kondisi Noesam Sulaiman setelah dipukuli beberapa orang tak dikenal, sore menjelang Maghrib, 24 September 2017. Dok. warga
Sisi Lain Joker Si Perusuh Kebaktian Pulogebang

Nasoem alias Joker rajin beribadah dan menjadi tokoh masyarakat di rusun. Dia dibawa ke kantor polisi lantaran membuat rusuh kebaktian di Pulo Gebang.


Begini Permintaan Maaf Joker Telah Ganggu Kebaktian Pulogebang

25 September 2017

Kondisi Noesam Sulaiman setelah dipukuli beberapa orang tak dikenal, sore menjelang Maghrib, 24 September 2017. Dok. warga
Begini Permintaan Maaf Joker Telah Ganggu Kebaktian Pulogebang

Tak sampai 24 jam setelah mengganggu kebaktian di Rumah Susun Pulogebang, Joker dihajar empat orang pria bertubuh tinggi dan besar di rumahnya.