TEMPO.CO, Jayapura – Kanguru, atau walep (saham) dalam bahasa Malind Anim, semakin berkurang di Taman Nasional Wasur Merauke, Papua. Penurunan jumlah kanguru sepuluh tahun terakhir ditengarai akibat perburuan liar menggunakan senjata.
"Sangat kurang, padahal saham itu adalah hewan yang dianggap sakral dari totem marga di penduduk Malind Anim," kata Hengky Mahuze, warga Kampung Bokem, Merauke, Sabtu, 28 Juli 2012.
Ia mengatakan, selain kanguru, rusa di kawasan konservasi Taman Nasional Wasur (TNW) juga menjadi sasaran pemburu gelap. Harga daging kanguru dan rusa begitu menjanjikan. Berkisar antara Rp 60 ribu-75 ribu per kilogram untuk rusa, sedangkan kanguru dari Rp 45 ribu-60 ribu per kilogram. "Kita sesalkan perburuan rusa dan kanguru. Kita menggunakan panah tradisional hanya untuk makan. Sementara pemburu liar, pakai senjata," ujarnya.
Kanguru atau saham berukuran kecil. Berbeda dengan kanguru Australia yang bertubuh besar, saham Merauke dilindungi karena merupakan hewan endemik daerah itu. Saham memiliki hubungan dengan totem marga Samkakai.
Totemisme atau keterkaitan marga dengan tumbuhan atau satwa berlaku di suku Malind Anim sejak nenek moyang. Marga Balagaize, misalnya, disebut erat dengan buaya dan burung elang, gebze disimbolkan dengan pohon kelapa, kaize; kasuari, dan basik-basik; babi. "Ada penghinaan kalau saham diburu, artinya itu juga membunuh kami orang Marind," kata Hengky.
Perburuan liar di Merauke, kata dia, berlangsung sejak puluhan tahun lalu. "Sekarang agak berkurang. Dulu, rusa diburu hanya untuk diambil tanduknya. Harga tanduk ratusan ribu. Dagingnya dibuang. Saham juga begitu, diburu untuk dijual di kota," katanya.
Kepala Balai Taman Nasional Wasur Dadang Suganda mengakui masih terdapat pemburuan rusa dan kanguru secara liar dalam taman nasional. "Itu tidak bisa dipungkiri, sebab di sekitar maupun di dalam kawasan ada masyarakat lokal yang bergantung hidupnya terhadap ekosistem taman nasional," ujar Dadang.
Masyarakat pemburu, kata Dadang, mendapatkan hewan tersebut dengan cara tradisional maupun modern. "Perburuan tradisional sasarannya hewan yang sudah tua dan untuk dikonsumsi. Ditakutkan adalah pemburu dari luar yang menggunakan senjata api, mereka yang membuat rusa dan kanguru makin habis," katanya.
Dari ribuan kanguru yang dapat ditemukan di taman nasional 20 tahun silam, hanya ratusan yang diperkirakan hidup saat ini. "Ada penangkaran kanguru, tapi kita akui bahwa akibat keterbatasan personel mengawasi taman, telah memberi celah perburuan liar tidak terpantau," kata Dadang.
Taman Nasional Wasur memiliki luas sekitar 430 ribu hektare. Memiliki potensi keanekaragaman hayati sangat tinggi. Kawasan ini juga merupakan tempat bagi beberapa jenis burung migran dari Australia dan Selandia Baru. Terdapat 403 spesies burung dengan 74 di antaranya endemik Papua. 114 spesies adalah hewan dan tumbuhan dilindungi.
JERRY OMONA
Berita Populer:
Beginilah Yusril ''Mengajari'' SBY
Gudang Ludes Terbakar, Jokowi Khusyuk Umroh
Misteri Binatang ''Jadi-jadian'' di New York
Begini Rupa Hewan Aneh yang Ditemukan di New York
Begini Kronologi Bullying di SMA Don Bosco