TEMPO.CO, Jakarta- Adanya kasus perjokian dalam seleksi masuk perguruan tinggi membuktikan adanya masalah dalam sistem penerimaan mahasiswa baru. Masalah tersebut contohnya kebocoran sistem penerimaan mahasiswa baru.
"Ada celah dalam sistem penerimaan mahasiswa baru yang dimanfaatkan oleh praktek perjokian," kata Koordinator Divisi Monitoring Pelayanan Publik Indonesia Corruption Watch, Febri Hendri, saat dihubungi Tempo, Selasa, 17 Juli 2012.
Meski pengawasan ujian masuk perguruan tinggi di luar otonomi kementerian, ICW meminta pemerintah tetap berperan. "Seharusnya tetap ada kebijakan yang dibuat oleh kementerian tentang sistem pengawasan ujian masuk," kata Febri.
Kementerian diminta meningkatkan pengawasan dengan sanksi yang berefek jera. Terutama hal tersebut selalu berulang tiap tahunnya. "Sama-sama paham, kasus perjokian tersebut sering terjadi di fakultas favorit yang demand-nya tinggi, apalagi UGM," ujarnya.
Pekan lalu Universitas Gadjah Mada Yogyakarta menyatakan 52 peserta seleksi Program Internasional Fakultas Kedokteran 2012 tidak boleh mengikuti ujian masuk sebagai mahasiswa di UGM untuk kesempatan mendatang. Mereka tertangkap menggunakan jasa joki untuk menjawab soal seleksi pada ujian pertama yang berlangsung pada 13 Juli 2012.
Pada seleksi ujian masuk tahun depan, tidak tertutup kemungkinan pihak UGM akan menggunakan metal detector untuk memeriksa peserta yang masuk ke ruang ujian.
AYU PRIMA SANDI