TEMPO.CO, Pamekasan--- Lembaga Penerjemah dan Pengkajian Al-Quran (LP2Q) Surabaya meluncurkan Al-Quran tarjamah berbahasa Madura di pendopo Ronggosukowati Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, Sabtu 30 Juni 2012.
Dalam peluncuran perdana ini, dari 30 juz kitab suci Al-Quran, baru 3 juz, yakni juz 1, 2, dan 3, yang berhasil diterjemahkan oleh tim gabungan dari STAIN, budayawan, dan ulama Madura serta tim dari Jamaah Pengajian Surabaya (JPS). Sementara 27 juz sisanya akan diterjemahkan secara bertahap.
"Butuh setahun menerjemahkan tiga juz yang kami luncurkan hari ini," kata Indrayadi, salah seorang penerjemah kepada Tempo.
Ketua MUI Pamekasan, K.H. Ali Rahbini, menilai adanya Al-Quran terjamah dalam bahasa Madura merupakan langkah yang bagus bagi pemahaman masyarakat awam terhadap makna Al-Quran. "Banyak orang Madura tidak mengerti bahasa indonesia, jadi ini sangat membantu nantinya," katanya.
Dia berharap ahli di daerah lain bisa menerjemahkan Al-Quran dalam bahasa Jawa, Sunda, Bugis, dan Papua. "Meski berat dan lama, saya berharap 27 juz sisanya tetap bisa diselesaikan penerjemahannya," ujar dia.
Menurut catatan Tempo, Al-Quran tarjamah bahasa Madura ini bukanlah yang pertama. K.H. Abdullah Sattar Madjid Ilyas. pengasuh Jemaah Pengajian Surabaya (JPS). pada 26 April 2006 telah menerbitkan Al-Quran tarjamah bahasa Madura, tapi hanya dibagikan dalam kalangan terbatas, yakni jemaah JPS di Surabaya dan Kota Lawang Kabupaten Malang.
Al-Quran tarjamah bahasa Madura tahun 2006 itu berisi prakata dari mantan Gubernur Jawa Timur Raden Pandji Mohammad Noer yang berharap Al-Quran berbahasa Madura itu akan menjernihkan pengetahuan orang Madura terhadap intisari Al-Quran.
Menurut Indrayadi, salah seorang tim penerjemah dari JPS, Al-Quran ini merupakan upaya penyempurnaan. Karena itu dalam prosesnya melibatkan banyak ulama, budayawan Madura, dan tim ahli dari STAIN Pamekasan.
"Banyak dialek dalam bahasa Madura. Jadi harus melibatkan para ahli bahasa Madura, kami tegaskan tarjamah ini hanya harfiah, bukan tafsiriah," ujar dia. Acara peluncuran ini dihadiri 250 ulama dari berbagai pesantren di Pulau Madura.
MUSTHOFA BISRI