TEMPO.CO , Jakarta: Sebelum ikut dalam peledakan Bom Bali I pada 2002 lalu, Hisyam bin Ali Zein alias Umar Patek aktif berkegiatan di Filipina. Di sana, Umar Patek mengikuti serangkaian pelatihan militer sejak 1992. Kata Umar Patek ke kedua wartawan Tempo, Riky Ferdianto dan Hermien Y. Kleden, ia pergi ke Filipina setahun setelah berlatih militer di Afganistan.
"Di Filipina saya bertemu dengan orang-orang Indonesia," kata Umar Patek, Mei 2012. "Di situlah saya memulai aktivitas jihad, belajar kegiatan militer dan keagamaan."
Meski banyak orang Indonesia di Filipina, lelaki bernama lain Umar Kecil ini tak bergabung dengan mereka. Dia lebih memilih bersama orang Moro dalam Moro Islamic Liberation Front. MILF merupakan kelompok separatis yang berdiri pada 1960-an.
Pada November 2000, Umar Patek sempat kembali ke Indonesia. Dia pulang karena permintaan sang ayah. Selain itu, kata Umar Patek, di Filipina kondisi juga tak kondusif lagi bagi dirinya. Sebab militer Filipina berhasil mengambil alih kekuatan dari kelompok separatis.
"Posisi mujahidin bertebaran di hutan-hutan, dan diminta pulang ke kampung masing-masing," katanya.
Selama di Indonesia, Umar Patek melewati waktu dengan bertandang ke rumah sanak saudaranya. Hingga dia bertemu dengan teman-temannya yang merancang Bom Bali I. "Saya pulang untuk kunjungan keluarga, terus teman-teman bikin bom itu."
Bom rangkaian Umar Patek dan kawan-kawannya itu meledakkan Paddy's Pub dan Sari Club (SC) di Jalan Legian, Kuta, Bali, 12 Oktober 2002. Akibat ledakan bom seberat 50 kilogram itu, 202 orang tewas dan 209 lainnya terluka. Umar Patek pun dihukum 20 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Jakarta Barat pada 21 Juni 2012.
CORNILA DESYANA
Berita terkait:
Umar Patek Batal Banding, Mengapa?
Umar Patek: Saya Bukan Anggota Jamaah Islamiyah
Kata Umar Patek tentang Dulmatin
Doa Umar Patek untuk Korban Bom Bali I