TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada, Ari Dwipayana, menyatakan mundurnya politikus Partai Demokrat, Theresia E.E. Pardede atau Tere, dari kursi Dewan Perwakilan Rakyat dan partai merupakan cermin kondisi kehidupan politik Indonesia yang tak ramah bagi 'pendatang'. Terlebih Tere sebelumnya lebih akrab dengan dunia keartisan ketimbang dunia politik.
"Seharusnya partai politik mulai benahi sistem kaderisasinya," kata Ari saat dihubungi Tempo, Sabtu, 2 Juni 2012.
Menurut Ari, selama ini partai politik keliru dalam menjaring kader-kadernya. Partai politik lebih tertarik menjaring kader-kader dari kalangan yang sudah memiliki popularitas di masyarakat. Salah satunya artis. "Tentu ketika masuk dunia politik jauh berbeda dengan dunia artis," katanya.
Menurut Ari, partai politik harus melembaga demi menjaring kader-kader muda yang benar-benar berkompeten di dunia politik. Selain itu, partai politik juga harus membenahi diri ketika berkumpul di Senayan. "Jangan berkartel dan jadi mafia anggaran di DPR karena pasti akan berbenturan dengan idealis para politikus muda," katanya.
Jumat kemarin, Theresia E.E. Pardede atau Tere, menggelar konferensi pers di DPR. Ia mengumumkan mundur dari DPR dan juga dari keanggotaannya di Partai Demokrat.
Tere mengajukan surat pengunduran dirinya sebagai anggota Komisi Olahraga DPR dan kader Demokrat pada 21 Mei 2012. Ia menyatakan keinginan untuk 'balik kanan' dari dunia politik sudah ada sejak awal 2012. "Cobaan hidup yang dialami keluarga mengurangi konsentrasi saya. Maka saya sampai pada putusan final ini," kata perempuan kelahiran 2 September 1979 ini.
INDRA WIJAYA
Berita terkait:
Tere Empat Bulan Enggak Ngantor di DPR?
“Tere Beda dengan Angie”
Tere Mundur, Ruhut Kehilangan ''Wanita Terbaik''
Tere Juga Mundur dari Demokrat
Demokrat Bantah Pengunduran Tere terkait dengan Hambalang
Tere Mundur Sebagai Anggota DPR