TEMPO.CO , Bengkulu: "Dara" Harimau Sumatera yang hampir empat bulan dirawat tim kesehatan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Bengkulu mengaum ketakutan saat Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan mengunjunginya Sabtu, 26 Mei 2012. Tidak pelak semua yang ada di sana pun ketakutan mendengar lengkingannya.
Melihat kondisi kandang hewan yang dilindungi itu terlalu kecil dan tidak ada ruang gerak, Zulkifli merekomendasikan agar "dara" dirawat di Taman Safari. Karena, menurutnya, kandang berukuran 1x2 meter tersebut sangat tidak representatif. "Di Taman Safari ada Rumah Sakit yang layak, jika di sini kandangnya terlalu kecil," kata Zulkifli.
Kepala BKSDA Bengkulu Amon Zamora menyambut baik rencana Menteri Kehutanan, karena pihaknya belum memiliki holding facility atau fasilitas pasca penyelamatan yang memadai untuk hewan-hewan dilindungi itu.
"Apalagi konflik satwa liar salah satunya Harimau di Bengkulu cukup tinggi. Tahun ini saja kita telah menangani dua kasus. Satu harimau yang ditemukan dalam keadaan tewas dan satu lagi "dara" yang dalam kondisi luka berat," ujar Amon.
Dokter hewan BKSDA Bengkulu Erni Suyanti mengatakan "Dara" sendiri ditemukan Polisi Hutan di HPT Air Rami Kabupaten Muko-muko dalam keadaan terluka kena jerat di kedua kakinya. Karena proses penyelamatan yang sulit mengingat lokasi hanya mampu ditempuh berjalan kaki selama dua hari, dua jari kaki bagian depan Harimau tersebut terpaksa diamputasi karena membusuk.
Menurut Erni, kondisi "Dara" telah berangsur membaik, berat tubuhnya pun telah normal padahal sebelumnya sangat kurus. "Jika terlambat sedikit saja, ia tidak dapat diselamatkan lagi. Jika bukan dibunuh warga, bisa tewas karena dehidrasi dan pembusukan dilukanya," terang dokter yang akrab dipanggil Yanti tersebut.
Untuk perawatan, "Dara" diberikan obat antibiotik baik melalui injeksi, oral maupun disemprotkan langsung ke luka. Serta pemberian analgesik untuk menghilangkan rasa sakit dan suplemen untuk mempercepat pertumbuhan jaringan.
Yanti mengatakan "Dara" tidak dapat kembali ke habitatnya, meski jiwa pemburunya masih ada. Dara langsung mengaum jika melihat orang. Namun ia diperkirakan sulit bertahan hidup di hutan liar karena kehilangan dua jari kaki bagian depan.
PHESI ESTER JULIKAWATI