TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah ngotot kotak hitam Sukhoi Superjet 100 RA-36801 harus diperiksa di Indonesia, bukan di Rusia, negara asal pesawat yang mengalami kecelakaan itu. "Aturannya secara internasional begitu. Rusia harus ikuti aturan itu," kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Herry Bhakti.
Setelah mengikuti kunjungan delegasi Rusia di kantor Wakil Presiden Senin 14 Mei 2012 kemarin, ia menjelaskan, investigasi dan pemeriksaan kotak hitam dilakukan di negara tempat kecelakaan. Sebelumnya, kotak hitam memang diperiksa di negara produsen pesawat, karena kala itu Komite Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT) Kementerian Perhubungan belum memiliki alat untuk membacanya. "Sekarang sudah punya, sejak dua tahun lalu."
Menurut Ketua Subkomite Udara KNKT Masruri, penyelidikan black box akan dilakukan di Laboratorium KNKT, di kawasan Gambir, Jakarta Pusat. "Tim dari Rusia hanya akan dimintai keterangan untuk beberapa hal teknis."
Atase Pers Kedutaan Besar Rusia, Dmitry A. Solodov, membantah tudingan Rusia ingin menguasai pemeriksaan kotak hitam. "Itu informasi dari sumber yang tak kami percayai," ujarnya Senin 14 Mei 2012 malam. "Kami masih berkonsentrasi pada pencarian kotak hitam."
Yopie Hidayat, juru bicara Wakil Presiden Boediono, pun memastikan Rusia belum meminta memeriksa black box Sukhoi yang menabrak lereng Gunung Salak di Sukabumi, Jawa Barat, pada Rabu siang 9 Mei 2012 pekan lalu. Bahkan, dalam pertemuan, dipastikan kerja tiga tim Rusia di bawah kendali Indonesia, yakni Badan SAR Nasional, Kepolisian RI, dan KNKT.
Pertemuan itu merupakan tindak lanjut pembicaraan via telepon Presiden Rusia Vladimir Putin dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Kamis malam 10 Mei 2012 lalu. Delegasi Rusia terdiri atas empat orang, yang dipimpin oleh Duta Besar Rusia untuk Indonesia, H.E. Alexander Ivanov. Adapun Boediono didampingi, antara lain, oleh Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono.
Hingga Senin 14 Mei 2012 kemarin, kotak hitam belum ditemukan oleh tim SAR. Namun tim telah menemukan dan mengangkat pemancar sinyal darurat (emergency locator transmitter/ELT) dalam keadaan rusak pada Minggu malam 13 Mei 2012 lalu.
"Berdasarkan penyelidikan, pihak Sukhoi mengatakan ELT ada kemungkinan rusak akibat hantaman keras yang diterima pesawat," kata konsultan bidang pertahanan dan pengembangan bisnis PT Trimarga Rekatama, Sunaryo. Dengan efek hantaman yang begitu keras, ELT bisa saja mengalami malfungsi atau terlepas dari tempatnya.
Sukhoi Superjet 100, seperti juga pesawat lainnya, memiliki dua pemancar sinyal keadaan darurat: ELT serta emergency locator beacon aircraft, dan keduanya tidak berfungsi saat kecelakaan itu. "Pihak Rusia sendiri masih bingung kenapa bisa rusak keduanya," ujar Sunaryo.
Tim SAR menemukan ELT di lokasi yang jauh dari titik kejadian. "Sekitar 500 meter dari helipad dan turun lagi 600 meter. Karena sulitnya medan, membawa ke heli saja (butuh) berapa jam," kata Kepala Badan SAR Nasional Marsekal Madya Daryatmo, di Posko Pasir Pogor, Cijeruk, Kabupaten Bogor.
Ketua KNKT Tatang Kurniadi menegaskan, semua alat yang ditemukan merupakan alat komunikasi. Salah satunya memang berwarna oranye, seperti black box. "Antara lain ada terminal komunikasi dan alat sinyal. Jadi ini salah satu ELT," katanya. Dengan ditemukannya alat komunikasi tersebut, akan membantu penyelidikan penyebab kecelakaan.
Berdasarkan pengalaman, penyelidikan penyebab kecelakaan pesawat membutuhkan waktu yang panjang. Seperti pada kasus Adam Air KI-574 yang jatuh di perairan Selat Sulawesi. Pesawat Boeing 747-400 itu hilang dalam rute penerbangan Surabaya-Manado pada 1 Januari 2007. Sebanyak 96 penumpang dan enam awak pesawat tewas.
Kotak hitam Adam Air baru ditemukan pada 24 Januari 2007, di kedalaman 2.000 meter perairan Majene, Sulawesi Barat. Karena sulitnya medan, pengangkatannya menggunakan robot pada 27 Agustus 2007. Kotak hitam itu lalu dibuka di National Transportation Safety Board, di Washington, DC, Amerika Serikat.
Selesai dibaca pada 10 September 2007, tapi hasilnya tidak bisa disampaikan kepada publik. "Sesuai dengan ketentuan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) Annex 13, hasilnya hanya untuk kepentingan investigasi," kata Tatang ketika itu.
ISTMAN MP | ANGGA SUKMA WIJAYA | ARYANI KRISTANTI | IRA GS | Maria RH | Jobpie S
Berita Terkait:
Ternyata Sukhoi yang Jatuh Itu Pesawat Pengganti
Perempuan Cantik dan Perempuan Tua di Gunung Salak
22 Sidik Jari dari 18 Kantong Jenazah Korban Sukhoi
Hantaman Keras Mematikan ELT Sukhoi
Ternyata, Ini Sebab ELT Sukhoi Tak Terdeteksi
Di Hari Sukhoi Naas, Petugas ATC Layani 12 Pesawat