TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Asosiasi Pilot Garuda Stephanus Gerardus menyayangkan opini yang menyebutkan kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 di Bogor, Rabu sore, 9 Mei 2012, disebabkan gangguan sinyal telepon genggam dari sejumlah penumpang pesawat. “Itu terlalu spekulatif, dan bagi saya menyimpang,” ujarnya saat dihubungi, Jumat, 11 Mei 2012.
Stephanus menilai, untuk membuktikan apakah sinyal telepon menjadi sebab jatuhnya pesawat bikinan Rusia, harus terlebih dulu mengetahui isi pembicaraan pilot dalam kotak hitam (black box). “Kalau black box dibuka, baru ketahuan apa yang terjadi. Termasuk apakah ada gangguan dari sinyal hand phone,” kata dia.
Pesawat Sukhoi Superjet 100 yang sedang melakukan joy flight hilang kontak sekitar pukul 14.33 saat berada di daerah Cidahu, Sukabumi, Jawa Barat. Sukhoi itu berpenumpang 45 orang, yang delapan di antaranya awak pesawat dari Rusia. Saat ini tim evakuasi belum berhasil menemukan satu pun korban.
Muncul dugaan kecelakaan Sukhoi itu disebabkan gangguan sinyal telepon genggam terhadap sistem kemudi pesawat. Dua telepon genggam dua wartawan majalah Angkasa yang menumpang di pesawat tersebut masih aktif saat dihubungi pukul 17.00 WIB. Begitu pun telepon seluler milik seorang penumpang yang bisa dihubungi kerabatnya.
ISMA SAVITRI
Berita terkait:
Diragukan Jika Sukhoi Turun Ketinggian Karena Cuaca Buruk
Sukhoi Joy Flight, Kenapa Ambil Rute Selatan?
Tiga Sebab Jatuhnya Sukhoi
Pilot Sukhoi Pernah Jadi Astronot Penguji Termuda
Tim Sukhoi Rusia Dipimpin Mikhael Pogosyan