TEMPO.CO, Surabaya - Ketua Dewan Pimpinan Daerah Organisasi Angkutan Darat (Organda) Jawa Timur, HB Mustafa, mengatakan total kerugian yang dialami perusahaan otobus jalur Surabaya - Semarang selama tujuh hari mogok di Terminal Tambak Osowilangun mencapai Rp 1,5 miliar. Aksi mogok bahkan masih berlangsung hingga hari ini, Senin, 7 Mei 2012.
Mustafa mencontohkan dua pengusaha otobus, yakni Jaya Utama dan Indonesia yang mengeluh telah merugi Rp 200 juta selama sepekan tidak mengangkut penumpang. "Padahal yang mogok itu puluhan perusahaan otobus," kata Mustafa kepada Tempo di Balai Kota Surabaya, Senin, 7 April 2012.
Mustafa menilai, peraturan baru yang mengharuskan agar bus antar-kota antar provinsi (AKAP) jalur pantai utara Jawa masuk ke Terminal Tambak Osowilangun per 1 April 2012 justru tidak efisien. Sebab di terminal tersebut jumlah calon penumpang jarak jauh sangat minim. "Penumpang di sana rata-rata jarak dekat. Misalnya Surabaya - Bojonegoro atau Surabaya - Tuban." ujarnya.
Agar aksi mogok tidak berlarut-larut, Mustafa meminta pemerintah mengembalikan jalur bus AKAP jalur pantai utara (pantura) tetap dibolehkan mengangkut penumpang hingga ke Terminal Purabaya. Mustafa menilai, Surat Keputusan Menteri Perhubungan yang mewajibkan bus AKAP masuk Terminal Tambak Osowilangun diteken di bawah tekanan. Karena, menurutnya, saat itu protes awak bus antar-kota dalam provinsi (AKDP) di Tambak Osowilangun sedang gencar. "Kalau menginginkan angkutan yang murah, cepat dan efisien, solusinya bus jalur pantura harus boleh ke Terminal Purabaya," ucap Mustafa.
Sampai hari ketujuh, aksi mogok awak bus Surabaya - Semarang belum berakhir. Tuntutan mereka tetap sama, yakni pelebaran area Terminal Tambak Osowilangun serta penambahan fasilitas parkir. Bila tidak dituruti awak bus mengancam akan kembali lagi ke Terminal Purabaya.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Terminal Tambak Osowilangun, Indera Gani, mengatakan potensi gesekan antara awak bus AKAP dan AKDP sangat besar. Sebab bus AKDP yang selama aksi mogok AKAP berlangsung memilih tidak masuk terminal, hari ini nekat masuk. "Saya pusing kalau mereka sampai gesekan, wong saya yang ketempatan," tutur Indera sambil memegangi jidatnya.
Adapun Kepala Dinas Perhubungan Kota Surabaya, Eddy, mengatakan belum menemukan solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Eddy sempat menghadap Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, di ruang kerjanya, namun ke luar lagi tak lama berselang. "Kami diminta mencari solusi," kata Eddy singkat.
KUKUH S WIBOWO