TEMPO.CO, Jakarta-Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi mengembangkan perkebunan tanaman sisal seluas 5.000 hektare area di Kecamatan Sekongkang Kabupaten Sumbawa, Barat Nusa Tenggara Barat. Pengembangan itu melibatkan 1.000 kepala keluarga transmigran di unit pemukiman Tongo I dan II.
“Pengembangan perkebunan sisal merupakan langkah terobosan untuk meningkatkan pendapatan transmigran dan penduduk sekitar dengan melibatkan investasi dari sektor swasta,” kata Direktur Jenderal Pembangunan Kawasan Transmigrasi Kementerian Tenaga Kerja dan transmigrasi dalam rilisnya Selasa, 17 April 2012.
Jamaluddien memperkirakan produktivitas sisal dapat mencapai 92 ton pelepah per tahun. Serat sisal ini akan di jadikan tali kapal, karpet, sajadah, topi, sandal, dan bahan tekstil pengganti kapas. Selain itu, air ampas dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan obat-obatan dan kosmetik.
Selain itu, karena sifat tanamannya yang ramah lingkungan, serat sisa sisal masih dapat digunakan dalam industri kertas, karpet, dan juga penguat pada bahan composite industri otomotif.
“Kami berharap komoditas ini mampu menghasilkan pendapatan sekitar Rp 2 juta per hektare per bulan atau Rp 24 juta per hektare per tahun,” kata dia. Jumlah tersebut ia perkirakan setara dengan pendapatan petani kelapa sawit yang terbilang sukses untuk menyejahterakan transmigran di Sumatera dan Kalimantan.
Baca Juga:
Pengembangan perkebunan tersebut bekerja sama dengan PT. Pulau Sumbawa Agro yang melakukan joint venture dengan perusahaan asing dari China PT. Dongfang Sisal Group Co Ltd. Adapun kepemilikan sahamnya yaitu PT. Sumbawa Agro sebesar 75 persen dan PT. Dongfang Sisal Group Co Ltd sebesar 25 persen.
Tahap awal pengembangan sisal meliputi area seluas 3.000 ha yang terdiri atas lahan inti sebanyak 1.000 hektare dan plasma seluas 2.000 hektare. Adapun proyek yang bertujuan menyejahterakan transmigran ini memiliki nilai investasi sebesar Rp 163 miliar. Rinciannya yaitu investasi kebun plasma sebanyak Rp. 84 miliar dan investasi kebun inti beserta pabrik serat sisal sebanyak Rp. 79 miliar.
Jamaluddien menjelaskan bibit sisal didatangkan dari Guangdong, Cina, sebanyak satu juta tunas. Tunas tersebut merupakan hasil pembiakan melalui kultur jaringan oleh PT Dongfang Sisal Group Co Ltd. Kebun pembiakan telah dibangun di Tongo Kecamatan Sekongkang Sumbawa Barat. Kementerian menargetkan pembiakan itu mampu menyediakan anakan sebanyak 11 juta anakan untuk ditanam pada areal perkebunan sisal agave sp. seluas 2.500 hektare.
“Nantinya untuk keperluan perluasan kebun hingga 100.000 hektare proses kultur jaringan akan dikembangkan sendiri di Indonesia oleh PT. Pulau Sumbawa Agro bekerja sama dengan Universitas Mataram Nusa Tenggara Barat,” kata Jamaluddien.
RAFIKA AULIA