TEMPO.CO, Jakarta - Persiapan ujian nasional berupa try-out dikeluhkan sejumlah guru. Pasalnya, jumlah try-out terlalu banyak dan intensitasnya dinilai terlalu sering.
Menurut Kusmartinah, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMA 51 Jakarta Timur, terhitung ada lima try-out yang harus dilakukan siswa dalam sebulan terakhir. "Setiap pekan ada try-out. Kebanyakan," ujar dia, Senin 16 April 2012.
Kelimanya adalah try-out berdasar musyawarah kepala sekolah sebanyak dua kali, try-out tingkat provinsi, rayon, dan try-out pendalaman materi. Akibatnya, menurut Kusmartinah, pembahasan materi suatu try-out tidak tuntas. "Pembahasan yang satu belum selesai, anak-anak sudah harus menjalani try-out lain," ia menuturkan.
Pendapat senada dikemukakan Sudoyo, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMA 48 Jakarta Timur. "Terlalu banyak. Idealnya tiga saja cukup, yang penting dipersiapkan dengan baik," kata dia. Try-out di SMA 48 bahkan enam kali. "Satu lagi dari (Universitas) Gunadarma," kata dia.
Menurut Sudoyo, jarak try-out rata-rata juga hanya dua minggu. Akibatnya, murid jadi lelah. "Waktu untuk belajar mandirinya kurang," ucap dia.
Triana Oktaviani, 17 tahun, siswa kelas XII IPA SMA 51, membenarkan banyaknya try-out itu. "Banyak banget," ucap dia. Namun, di hari unas ini dia mengaku manfaat try-out. "Ada beberapa soal yang sama kayak tahun-tahun lalu," katanya.
Isrina Wahyuni, siswa kelas XII IPA SMA 48, mengiyakan. Ia pasrah saja. "Itu kan wajib," ucap gadis berkerudung itu. Isrina mengaku bosan dengan try-out. "Ngebuat bosen duluan," ucap dia.
Begitu pula komentar Sarah Saffkaluku, 17, siswa SMA 51. Namun ia mengatakan try-out tersebut cukup efektif. Beberapa soal ujian hari ini ada yang sama dengan soal try-out. Dengan banyaknya latihan, Sarah pun optimistis lulus ujian. "Yakin lulus," ucapnya mantap.
ATMI PERTIWI