TEMPO.CO, Situbondo - Stasiun Geofisika Kelas II Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Tretes memasang seismograf untuk mendeteksi gempa yang terjadi di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur dalam empat hari terakhir. Seismograf tersebut dipasang di kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah Situbondo di Jalan Wr. Supratman Nomor 15 Situbondo.
Kepala Stasiun Geofisika Kelas II Badan BMKG Tretes, Benni Sippolo, mengatakan, alat tersebut dipasang pada Ahad malam, 8 April 2012 hingga kegempaan di Situbondo normal kembali. "Kami merekam apabila ada gempa-gempa susulan," kata Benni, Senin, 9 April 2012.
Gempa pertama kali dirasakan warga Situbondo pada Jumat lalu, 6 April 2012, pada pukul 17.00 WIB. Gempa yang disertai dentuman itu berkekuatan 2,7 Skala Ricther berada di kedalaman 10 km.
Menurut Benni, gempa susulan masih terus terjadi hingga hari ini, namun trennya sudah menurun. Hingga pukul 12.00 WIB baru terjadi satu kali gempa dengan kekuatan 1,7 SR dengan kedalaman 10 km. "Namun, kali ini tidak disertai dentuman," kata dia.
Benni menjelaskan, gempa yang terjadi di Situbondo ini merupakan tipe swarm, yakni kumpulan gempa-gempa kecil yang terjadi berulang-ulang. Kurun waktu gempa swarm bisa berlangsung 2-3 minggu.
Gempa swarm ini, kata Benni, disebabkan adanya tumbukan lempengan utama dari patahan-patahan di Situbondo. Sedangkan suara dentuman diperkirakan akibat pelepasan energi di daerah patahan yang bergerak secara perlahan. "Apalagi asal gempa sangat dangkal, sehingga dapat didengar oleh warga," katanya.
Benni menghimbau supaya warga tidak khawatir dengan gempa swarm tersebut, karena tidak berpotensi menimbulkan kerusakan. Gempa swarm sebelumnya pernah terjadi di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, yang berlangsung hingga dua bulan.
Kepala BPPD Situbondo, Zainul Arifin, mengatakan, lembaganya menerima banyak pertanyaan dari masyarakat yang khawatir akan gempa tersebut. Menurut dia, dengan adanya alat tambahan dari BMKG ini dapat memberi kepastiaan penyebab gempa tersebut. "Kami sangat terbatas untuk mengetahui penyebab gempa, sehingga tidak dapat menjawab keresahan masyarakat," kata dia.
IKA NINGTYAS