TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Komisi Hukum Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Ruhut Sitompul meminta kepada anggota Badan Anggaran untuk tidak manja. Menurutnya, sebagai wakil rakyat, Badan Anggaran atau Banggar semestinya bekerja untuk rakyat dengan fasilitas yang ada. "Jangan dengan ruang mewah seperti itu," kata Ruhut di gedung MPR/DPR, Kamis, 2 Februari 2012.
Kata Ruhut, dengan fasilitas yang ada, seharusnya Banggar tetap optimal bekerja. Ruhut juga mencontohkan kondisi ruang rapat Komisi III yang disebutnya retak-retak, tapi pengguna ruangan tidak pernah minta renovasi. “Karena kami bekerja untuk rakyat, jadi tolonglah Banggar juga demikian," kata Ruhut.
Ruhut juga mengkritik soal kursi ruang Banggar yang mencapai Rp 24 juta per unit. Kursi mahal seperti itu tidak jadi jaminan bahwa kinerja Banggar akan meningkat. Malah, Ruhut menganjurkan kursi untuk kerja tidak perlu yang terlalu empuk. “Kalau terlalu empuk nanti malah ngantuk. Sebaiknya yang biasa saja agar betul-betul bekerja untuk rakyat," kata politikus Partai Demokrat itu.
Ruang Banggar yang direnovasi dengan biaya senilai Rp 20 miliar itu memang mengundang kritik dari publik karena memilih menggunakan sejumlah fasilitas yang terlalu mewah, seperti kursi impor dan lampu impor yang nilainya ratusan juta rupiah. Derasnya kritikan publik tersebut akhirnya membuat Sekretariat Jenderal DPR mengganti sejumlah perabotan di ruangan itu. Kursi asal luar negeri akan diganti dengan produk dalam negeri.
Menurut Wakil Ketua DPR Pramono Anung, pergantian itu ditanggung sepenuhnya oleh kontraktor. Pimpinan DPR pun mendorong agar pergantian itu dilakukan secepatnya. Menurut Pramono, penggantian itu bukan berarti ada penambahan anggaran. "Tapi dikurangi anggaran sebelumnya dan harganya bisa dipotong karena kontraktornya sama," kata Pramono.
Pengurangan nilai renovasi sebesar Rp 5 miliar juga disebut Pramono cukup signifikan. Kata dia, tidak tertutup kemungkinan perabotan lainnya juga bakal diganti. "Kalau ada yang bisa diganti, ya akan diganti," ucapnya.
DIMAS SIREGAR