TEMPO.CO, Jakarta - Maraknya kasus tahanan anak yang menyita perhatian publik perlu diikuti dengan penyadaran pola asuh terhadap orang tua mereka. Pasalnya, anak-anak yang terlibat masalah hukum biasanya menerima pola asuh yang salah dari orang tuanya.
Pendapat tersebut dikemukakan pakar psikologi forensik Universitas Bina Nusantara, Reza Indragiri Amriel. "Jika keluarga tidak 'diproses' juga, maka tidak akan membawa perubahan perilaku terhadap si anak," ujarnya ketika dihubungi, Kamis, 12 Januari 2012.
Menurut Reza, hal ini perlu dilakukan mengingat beberapa peradilan memberi putusan untuk mengembalikan anak yang terjerat masalah hukum kepada keluarga. Jika keluarga atau tepatnya orang tua sendiri belum dibina untuk memperbaiki diri, anak pun belum tentu menjadi lebih baik.
Pada kasus kematian dua kakak beradik di Kepolisian Sektor Sijunjung akhir tahun lalu, Reza mengingatkan publik untuk melihat latar belakang keluarga korban. Almarhum G, 17 tahun, dan Fs, 14 tahun, lahir dari keluarga dengan figur ayah yang sangat egois, bahkan ayah mereka menikah sampai lima kali.
Menurut Reza, ada kemungkinan sejak kecil kedua anak itu sangat kekurangan kasih sayang. Apalagi pendidikan formal mereka pun sangat terbatas, hanya lulus SD. “Ironisnya, dengan kondisi seperti itu, mereka harus menjadi tulang punggung keluarga,” kata dia.
DIANING SARI