TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S. Pane mengatakan benturan yang melibatkan polisi dan warga tidak melulu karena ketidakbecusan polisi. "Sumber pemicunya juga karena keberpihakan pemerintah pusat dan daerah yang membabi buta kepada pengusaha," ujar Neta dalam siaran pers yang dikeluarkan IPW.
Dia mengatakan pemihakan itu membuat pemerintah dapat memperalat polisi untuk membantai rakyat. Nasionalisme pejabat pemerintah, kata Neta, terkikis dalam menyikapi kepentingan pengusaha, terutama pengusaha asing.
"Uang sudah membuat mereka seperti agen-agen asing di negara sendiri," ujarnya. Sikap itu dinilai Neta membuat pejabat pemerintah tak lagi peduli dengan nasib, hak, dan akar budaya rakyat. "Inilah yang membuat rakyat terusir dari tanah kelahirannya," ujarnya.
Keberpihakan pemerintah pada pengusaha dinilainya membuat polisi tidak bisa profesional dalam menjalankan tugas. "Polisi tidak pernah membantu rakyat memperjuangkan hak-hak hidupnya," ujar Neta.
Untuk kasus perusakan lingkungan yang dilakukan perusahaan, polisi seharusnya menangkap pengusaha dan pejabat pemerintah. "Yang terjadi justru rakyat diberondong dengan peluru saat memperjuangkan haknya," ujarnya. Padahal pengusaha telah merusak sumber hidup rakyat dan pemerintah punya andil dalam pemberian izin.
Ia mengatakan wajar jika masyarakat menilai polisi sebagai centeng pengusaha. "Polisi ogah menjadi mediator pembela kepentingan rakyat," ujarnya. Neta mengatakan polisi dan pemerintah harus berusaha bersikap prorakyat, agar tindak kekerasan terhadap warga yang terjadi di Bima tidak berulang.
Kemarin bentrokan antara warga dan polisi pecah di Kecamatan Lambu, Kabupaten Bima, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Peristiwa itu bermula ketika ratusan warga Kecamatan Lambu berunjuk rasa dengan memblokir Pelabuhan Sape.
Mereka menuntut Bupati Bima, Ferry Zulkarnain, mencabut izin eksplorasi pertambangan emas sebuah perusahaan yang mendapat konsesi lahan 24.800 hektare. Polisi membubarkan paksa demonstrasi tersebut, sehingga berakhir ricuh. Akibatnya dua orang tewas.
M. ANDI PERDANA