TEMPO Interaktif, Surabaya - Panglima Kodam V Brawijaya Mayor Jenderal Murdjito meminta semua pihak tetap mewaspadai sejumlah peristiwa yang bisa mengancam keamanan di Jawa Timur. "Berdasarkan pantauan kami masih ada beberapa hal yang patut diwaspadai," katanya dalam pertemuan dengan seluruh pimpinan daerah di Jawa Timur, Rabu, 14 Desember 2011.
Murdjito memaparkan sejumlah kejadian. Di antaranya pertikaian kelompok penganut Sunni dan Syiah di Pasuruan dan Sampang. Ada pula kasus pemotretan Gereja Bethel di Situbondo serta munculnya kelompok NII di Malang dan Surabaya.
Meski tidak memerinci kejadiannya, Murdjito juga mengungkapkan adanya temu kangen Paguyuban Korban Orde Baru. Sederet kasus lain di antaranya bermunculannya simbol PKI berupa lagu Genjer-Genjer dan lambang Palu Arit.
Murdjito bahkan mengatakan kelompok radikal kiri berpaham komunis diduga telah menyusup ke segala lini kehidupan. Di sisi lain kelompok radikal kanan berupa fundamentalis Islam juga masih marak dengan aksinya menuding pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono sebagai pemerintahan kafir.
Murdjito yang belum genap dua bulan bertugas di Jawa Timur itu juga menyebutkan gerakan Parade Nusantara, yakni aksi para kepala desa yang mendesak pengesahan Undang-Undang Desa perlu diwaspadai. Demikian pula aktivitas solidaritas konflik di Ambon.
Ancaman lainnya adalah perkelahian antarkelompok yang memicu bentrok massal, perampokan bersenjata dengan sasaran bank dan toko emas yang terindikasi sebagai upaya pengumpulan dana untuk kepentingan tertentu.
Aksi unjuk rasa buruh dan korban lumpur Lapindo pun tak luput dari pantaun Panglima ini. Untuk mengantisipasinya telah dikerahkan personel dari tingkat Koramil. "Secara umum kondisi keamanan Jawa Timur sebenarnya kondusif berkat antipasi dini yang terus kami lakukan," ujarnya.
Adapun Gubernur Jawa Timur Soekarwo berharap seluruh potensi konflik bisa diredam, khususnya menjelang Natal dan Tahun Baru. "Iklim investasi yang sudah kondusif harus dijaga,” ucap dia.
FATKHURROHMAN TAUFIQ