TEMPO Interaktif, Kediri - Keluarga Nurul Khasanah, tenaga kerja wanita (TKW) yang tewas di Arab Saudi, mendesak pemerintah menyelidiki penyebab kematian Nurul. Selama bekerja di Arab, korban mengaku kerap disiksa dan diperkosa oleh majikannya.
Permintaan itu disampaikan Zaenal Mustofa, suami Nurul, yang hingga kini belum menerima pemberitahuan tertulis tentang kematian istrinya, Rabu, 30 Oktober 2011 lalu. Pemerintah pun mengaku tidak tahu-menahu soal kabar tersebut karena Nurul berangkat ke Arab tanpa sepengetahuan Dinas Tenaga Kerja setempat. "Saya hanya ditelepon oleh PJTKI soal kematian itu," kata Zaenal kepada Tempo, Selasa, 6 Desember 2011.
Menurut informasi yang diterima Zaenal, Nurul Khasanah meninggal setelah terjatuh dari lantai atas dan menimpa antena televisi. Tidak dijelaskan penyebab jatuhnya korban hingga mengalami peristiwa tragis tersebut. Zaenal sendiri merasa yakin istrinya meninggal akibat kekerasan yang dialaminya di tempat kerja. Hal itu dia ketahui dari pengakuan Nurul saat menelepon ke Indonesia.
Menurut Zaenal, kekerasan itu sudah terjadi satu bulan sejak istrinya pertama kali bekerja pada bulan Juni 2011. Melalui sambungan telepon, Nurul mengaku kerap dihajar dan mengalami pelecehan seksual dari majikan laki-lakinya yang berprofesi sebagai tentara.
Bahkan, beberapa jam sebelum korban dikabarkan tewas, Nurul sempat menghubungi suaminya dan menceritakan siksaan yang dialami. "Katanya telinganya berdarah dan tidak bisa berjalan normal setelah dihajar majikannya," kata Zaenal.
Sebagai tenaga kerja yang baru pertama kali ke luar negeri, Nurul tak bisa menghubungi kantor Kedutaan Republik Indonesia di Arab Saudi untuk meminta perlindungan. Satu-satunya upaya yang dilakukan adalah meminta suaminya untuk menghubungi KBRI di Arab. Sayang, upaya itu kandas setelah beberapa kali sambungan telepon yang dilakukan Zaenal ke KBRI selalu gagal. "Saya sampai meminta Pak Lurah untuk menelepon ke Arab," kata Zaenal.
Upaya itu dilakukan Zaenal ketika menerima pesan singkat (SMS) dari Nurul yang mengatakan dirinya hendak diperkosa sang majikan. Pelecehan seksual itu kerap menimpanya dan memaksa Nurul melakukan perlawanan sendiri tanpa bantuan siapa pun.
Karena itu, ketika menerima kabar kematian korban dari PJTKI yang memberangkatkannya, Zaenal tak bisa menahan kemarahan. Apalagi kabar itu dia terima hanya beberapa jam usai istrinya menelepon dan mengabarkan kondisinya yang sakit usai dihajar majikannya. "Saya ingin pemerintah menyelidiki kematian istri saya dan memulangkan jenazahnya ke Tanah Air," kata Zaenal.
Kepala Bagian Humas Pemerintah Kabupaten Kediri Edhi Purwanto mengaku tak bisa membantu persoalan yang menimpa warganya. Apalagi Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Kediri tak memiliki data keberangkatan Nurul sebagai TKW karena yang bersangkutan berangkat dari Bekasi. Ibu dua anak ini diberangkatkan melalui PT Bahtiar Ihwan yang beralamat di Kramat Jati, Jakarta.
Edhi juga mengaku heran korban bisa berangkat ke Arab Saudi di tengah pemerintah menerapkan moratorium pengiriman TKI ke negara itu. Karena itu, bisa dipastikan jika keberangkatan tersebut ilegal dan tanpa sepengetahuan pemerintah. "Kami tak bisa berbuat apa-apa selain melaporkan hal ini ke kementerian," kata Edhi.
HARI TRI WASONO