TEMPO Interaktif, Jakarta - Istana membantah bahwa mantan Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Yunus Husein, yang gagal menjadi pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), adalah titipan pihak Istana.
Staf Khusus Presiden bidang Komunikasi Politik, Daniel Sparingga, menyatakan, apa yang ditangkap publik soal ini tidak akurat. "Bahkan menyesatkan. Dalam kasus Yunus yang diasosikan sebagai titipan Istana, sama sekali tidak berdasar. Tampak menggelikan," kata dia di Istana Negara, Jakarta, Senin, 5 Desember 2011.
Daniel menganggap kabar tak sedap ini merupakan ketidakcerdasan beberapa pihak dalam menangkap fenomena politik yang terjadi belakangan ini. "Sekali lagi saya sebut berulang kali sebagai fatamorgana, orang melihat sesuatu, tapi sesungguhnya tidak ada," kata dia.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, kata dia, belum berkomentar mengenai hasil akhir terpilihnya pimpinan KPK, termasuk kegagalan Yunus Husein. Yang terpenting adalah semua pimpinan yang terpilih dalam proses rumit dan transparan itu hendaknya memikul amanah yang jelas harapannya adalah menghentikan korupsi di Tanah Air.
"Sekurang-kurangnya mengurangi ke tingkat yang lebih rendah, lebih masuk akal. Di semua tingkat lapisan penyelenggara negara eksekutif, legislatif, dan yudisial," ujar staf pengajar di Universitas Airlangga ini.
Daniel juga menegaskan lagi bahwa Istana sama sekali tak mengintervensi sedikit pun sejak proses awal dibentuknya panitia seleksi pemilihan pimpinan KPK.
"Yang membentuk dan warnai kan pansel dan DPR. Presiden yang mengangkat pansel pun tidak memberi arahan. Dan itu memperlihatkan sekali lagi bahwa Presiden sejak hari pertama pengangkatan itu mengambil jarak, bahkan orang-orang yang kritis pada pemerintah yang sering kali berseberangan dengan Presiden pun diangkat," ujarnya.
MUNAWWAROH