TEMPO Interaktif, Jakarta - Pengamat politik Tjipta Lesmana menilai majunya Puan Maharani sebagai calon presiden (capres) di Pemilu 2014 akan menjadi sasaran empuk para lawan politik untuk menghabisinya. Pasalnya jam terbang Ketua Dewan Pengurus Pusat PDI Perjuangan Bidang Politik dan Hubungan Antarlembaga di kancah perpolitikan nasional masih minim.
“Saya yakin kalau Puan maju akan dihabisi. Dia masih terlalu muda,” kata Tjipta saat dihubungi Tempo, Kamis, 27 Oktober 2011.
Figur tokoh muda berdarah Soekarno ini dimunculkan sebagai penerus keturunan Soekarno di tubuh PDI Perjuangan. Ayahnya, Taufiq Kiemas (TK), terus melakukan manuver untuk mendorong Puan sekaligus meredam ambisi istrinya, Megawati Soekarnoputri, untuk kembali maju.
Kiemas bahkan sempat melontarkan pernyataan agar Mega tak perlu lagi mencalonkan sebagai capres. Menurut Tjipta, pernyataan tersebut merupakan manuver Kiemas untuk menjegal Megawati. “Sekarang dilemparkan bola lagi dengan mendorong Puan,” ujarnya.
Tjipta melihat sejak dulu suami Megawati ini menginginkan PDI Perjuangan berkoalisi dengan pemerintahan SBY, tapi Megawati menolak. “Ini yang membuat Kiemas jengkel,” katanya.
Baca Juga:
Tjipta menganggap manuver itu buntut percekcokan politik antara Kiemas dan Mega yang terjadi sejak Megawati jadi presiden menggantikan Gus Dur. Bahkan menurut informasi yang didengarnya dari orang-orang dekat Megawati, dua tahun terakhir ini percekcokan politik keduanya semakin meruncing.
Kiemas sempat melontarkan agar Megawati tak lagi mencalonkan jadi capres dalam Pemilu 2014. “Lebih baik fokus pada kaderisasi partai, itu lebih penting,” ujar Kiemas beberapa waktu lalu.
Sementara itu Puan sendiri telah mengisyaratkan siap maju sebagai capres 2014. ”Kakek saya presiden, ibu saya presiden. Bila mendapatkan dukungan seluruh keluarga PDI Perjuangan, itu akan jadi kesempatan kami,” kata Puan saat rapat koordinasi Bidang Politik dan Hubungan Antarlembaga di Balikpapan, Senin, 24 Oktober 2011.
ISHOMUDDIN