TEMPO Interaktif, Pontianak - Panglima Kodam XII Tanjungpura, Kalimantan Barat, Mayor Jenderal TNI Geerhan Lentara menegaskan, tidak benar terjadi pergeseran tapal batas wilayah Malaysia yang masuk ke wilayah perbatasan Desa Camar Bulan, di Desa Temajuk, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas Kalimantan Barat. “Saya sudah turun ke lapangan. Setelah kita teliti dan menggunakan GPS tidak ada pencaplokan wilayah,” ujarnya kepada Tempo di ruang kerjanya, Kamis, 13 Oktober 2011.
Menurut dia, data yang diklaim banyak pihak itu tidak benar. “Tentara Indonesia tidak akan diam kalau wilayah Indonesia dicuri. Sebagai prajurit, nyawa taruhannya,” ujar Geerhan. Yang ada, menurut dia, warga menemukan sebongkah semen dan helipad di wilayah Malaysia. “Bukan di wilayah Indonesia,” kata Geerhan.
Menurut Geerhan, TNI berpedoman pada kesepakatan tahun 1978 tentang perjanjian tapal batas wilayah dengan Malaysia. Kalimantan Barat memiliki luas perbatasan seluas 5.784 kilometer dengan titik tapal batas dengan empat macam tipe. Yakni tipe A, berjarak 300 kilometer sebanyak 7 buah tapal batas, tipe B masing-masing berjarak 50 kilometer sebanyak 76 buah, tipe C berjarak 5 kilometer sebanyak 535 buah. Tipe A memiliki tinggi 1,35 sentimeter dari daratan, tipe B tinggi 60 sentimeter, tipe C 30 sentimeter, dan tipe D tinggi 16 sentimeter.
Geerhan membantah ada 700 penduduk Malaysia di wilayah Indonesia. “Setelah kita cek tidak benar, hanya rumput ilalang,” katanya yang mengaku telah menemui sejumlah tokoh masyarakat Desa Camar Bulan dan meninjau langsung lokasi Rabu, 12 Oktober 2011.
Pangdam meminta semua pihak tidak terburu-buru menyatakan pendapat agar tidak meresahkan masyarakat dan kedua negara. “Mungkin ada 2.000 sms yang masuk ke handphone saya menanyakan dan prihatin soal ini. Tapi saya jelaskan bahwa itu tidak benar, silakan di cek ke lapangan,” kata Geerhan.
Berdasarkan kesepakatan 1978, patok tipe D A104 berada di posisi sekitar satu kilometer dari bibir pantai Laut Natuna. Namun, keraguan ini muncul setelah warga menemukan bongkahan semen menyerupai patok batas berukuran 1X1 meter di atas Bukit Semunsam, Malaysia. Bongkahan semen inilah yang diduga masyarakat patok batas kedua negara.
Jika memang dugaan masyarakat yang menyatakan bahwa bongkahan semen yang kini rusak berat dulunya patok batas kedua negara, berarti Indonesia kehilangan 1.499 hektare lahan. Jarak antara bongkahan semen yang diduga patok A 104 oleh warga berjarak 3,3 kilo meter dari patok tipe D A104.
“Ini yang menjadi keraguan kami sekaligus pertanyaan. Makanya, perlu diukur kembali oleh kedua negara agar tidak memunculkan keraguan kepada masyarakat dan kecemasan,” ujar Kepala Desa Temajuk Mulyadi kepada wartawan.
HARRY DAYA