TEMPO Interaktif, Jakarta - Wakil Kepala Kepolisian RI Komisaris Jenderal Polisi Nanan Sukarna minta peran serta masyarakat untuk membantu aparat mengejar anggota komplotan teroris Achmad Yosepa Hayat, pelaku bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS), Solo, yang juga diduga terlibat dalam kasus bom Cirebon April lalu.
Untuk kasus bom Cirebon, pada Mei lalu polisi telah menetapkan lima buron, termasuk Achmad Yosepa alias Hayat alias Raharjo, yang kemudian menjadi pelaku peledakan bom bunuh diri di Solo. Keempat buron lain adalah Yadi Al Hasan alias Abu Fatih alias Vijay, Beni Asri, Nanang Irawan alias Gendut, dan Heru Komaruddin.
"Harapan kami, tentunya dibantu mengamati empat orang itu. Di samping kami sudah kerja keras, kami juga minta masyarakat beri info sekecil apapun," ujar Nanan, usai seminar bersama Kontras di Jakarta, Rabu 28 September 2011.
Nanan berharap, dengan tambahan informasi dari masyarakat, polisi dapat mengantisipasi terulangnya aksi pengeboman seperti yang dilakukan Hayat, Minggu, 25 September lalu.
Menurut dia, pascapeledakan bom di Solo, Ahad lalu, ada dua kemungkinan pergerakan mereka. "Dua alternatifnya, bisa tambah ngumpet, bisa tambah bergerak, artinya ada komunikasi," kata dia. "Mereka tahu, ketika polisi sedang gesit, mereka diam," Nanan menambahkan.
Polisi menduga bom yang diledakkan di Solo itu adalah sisa rangkaian bom yang diledakkan di Masjid Adz-Dzikra, di kompleks Kepolisian Resor Cirebon. "Karena saat dulu terungkap masih ada sembilan bom yang belum ditemukan," ujar juru bicara Markas Besar Kepolisian RI, Inspektur Jenderal Anton Bachrul Alam, di Mabes Polri, kemarin.
Dengan begitu, menurut Anton, setidaknya masih ada tujuh bom aktif lain di tangan para buron. "Perlu diwaspadai dan digagalkan," ujarnya.
ATMI PERTIWI | RIKY