TEMPO Interaktif, MAKASSAR - Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan akan memanfaatkan kotoran sapi untuk pengembangan biogas. Setidaknya ada 1,76 juta sapi di 27 kabupaten yang kini dikembangkan untuk mendongkrak produksi biogas. " Dari populasi sapi yang ada, setidaknya bisa dihasilkan 500 ribu kubik gas per hari" kata Kepala Bidang Listrik dan Pemanfaatan Energi Dinas Pertambangan dan Sumber Daya Energi Bustanuddin di sebuah seminar di Makassar, Kamis 21 Juli 2011.
Menurut Bustanuddin, pengelolaan yang baik akan menghasilkan 1 juta kubik gas per hari. Peternak yang memiliki dua sapi dapat memproduksi 0,5–2 kubik gas per hari. " Nantinya biogas akan dikemas untuk dijual secara komersial," ujarnya. "Saat ini gas masih ditampung di tabung sederhana untuk rumah tangga yang memiliki sapi,"
Biogas, kata Bustanuddin, juga akan dimanfaatkan untuk pembangkit listrik skala kecil, menghidupkan generator, dan kebutuhan kendaraan bermotor. Pengembangan industri kecil biogas telah menggoda pemerintah Belanda menyiapkan bantuan modal. Tiap industri kecil akan diberikan bantuan modal kerja hingga Rp 2 juta untuk pengelolaan kotoran ternak.
Investasi alat untuk mengubah kotoran menjadi gas, kata Bustanuddin, menelan anggaran sekitar Rp 8-12 juta. "Namun belum ada perbankan yang mau menyalurkan kredit," ucap Bustanuddin.
Ketua LSM Biogas Rumah (Biru) K.S. Nasir mengatakan pengembangan biogas membutuhkan penyediaan rumah industri pengelolaan. Pemerintah Belanda menunjuk LSM internasional bekerjasama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk menyalurkan bantuan.
Program gas dari kotoran ternak telah dilaksanakan di tujuh provinsi, yakni Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Barat, Bali, Lombok, dan Sulawesi Selatan, yang dilaksanakan di Kabupaten Enrekang, Bone, dan Sinjai. "Kami telah belajar ke Cina, Nepal, Kamboja, Banglades, Pakistan, Laos, dan Vietnam cara menghasilkan gas dari kotoran sapi," ucap Nasir.
SULFAEDAR PAY