TEMPO Interaktif, Surabaya - Gubernur Jawa Timur Soekarwo meminta kepada Dinas Perhubungan dan Lalu Lintas Angkutan Jalan Jawa Timur segera mencabut izin usaha Sumber Kencono. Pasalnya, angkutan bus antarprovinsi ini dianggap sering tabrakan hingga mengakibatkan korban jiwa.
Minggu lalu, kecelakaan yang menimpa bus itu berlangsung di Saradan, Madiun. Sedikitnya 10 orang meninggal. Karena terlalu seringnya tabrakan, Soekarwo meminta Dinas Perhubungan menyelidiki menajemen perusahaan tersebut. "Jika terbukti ada kesalahan, jangan hanya trayeknya yang dicabut, izin usahanya juga," kata gubernur, Selasa, 24 Mei 2011.
Soekarwo juga minta kepolisian mengusut semua kasus kecelakaan yang terkait dengan bus Sumber Kencono. Dia khawatir manajemen perusahaan bus itu sengaja membiarkan sopirnya ugal-ugalan. "Saya minta dibentuk tim selengkap-lengkapnya. Tugasnya memeriksa semua masalah bus, termasuk surat izin mengemudi sopir," tutur Soekarwo.Baca Juga:
Kepala Dinas Perhubungan dan Lalu Lintas Angkutan Jalan Jawa Timur Wahid Wahyudi mengatakan pencabutan trayek maupun penutupan izin usaha urusan pemerintah pusat dalam hal ini Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan. "Kami hanya bisa mengusulkan kalau memang Gubernur minta, ya kami rekomendasikan untuk dicabut izin usahanya," kata Wahid.
Wahid telah menerjunkan tim bersama dengan Polda Jawa Timur untuk menyelidiki kecelakaan Minggu lalu. Kesimpulannya, sopir bus memang ceroboh, menjalankan bus ugal-ugalan hingga menabrak median jalan kemudian masuk ke jalur lawan arah. Saat itulah truk dari arah sebaliknya ditabrak. Komite Nasional Keselamatan Transportasi juga turun ke lokasi kejadian.
Perusahaan Otomotif Sumber Kencono mengakui kecelakaan pada 22 Mei 2011 itu merupakan peristiwa terparah dan paling banyak memakan korban jiwa. “Sejak Sumber Kencono berdiri pada 1981, ini kecelakaan paling parah," kata Kordinator Kontrol Sumber Kencono Wilayah Surabaya-Yogyakarta, Dwi Harminto.
Menurut Dwi, sejak Januari hingga Mei kasus kecelakaan Sumber Kencono sebanyak enam kali. “Saya enggak hapal tahun 2009 dan 2010," kata dia. Ia menambahkan perusahaan yang berkantor di Jalan Raya Krian, Kabupaten Sidoarjo, itu sudah menerapkan manajemen operasional dengan pengawasan ketat. “Kami akan memperketat rekrutmen dan pengawasan pada sopir," kata dia.
Saat ini, perusahaannya memiliki 255 armada bus terdiri dari 230 bus trayek reguler dan 22 bus cadangan. Dari 230 armada reguler yang sudah dilengkapi GPS (global positioning system) mencapai 130 bus. “Bus dengan fasilitas AC semuanya dilengkapi GPS dan yang non-AC sebagian juga sudah ada GPS-nya,” katanya.