Muhammad Sallah, bos perompak itu, mengajukan syarat: awak Sinar Kudus harus mau membantu mereka mencari kapal yang bisa dirompak. “Mereka menjanjikan akan melepas kami kalau dapat target perompakan baru,” kata Kapten Kapal Sinar Kudus Slamet Juari dalam percakapannya dengan Tempo, awal Mei lalu.
Diturutikah permintaan itu? “Ya, kami turuti. Seminggu kami diajak muter-muter, tapi enggak dapet,” kata Kapten Kapal Sinar Kudus Slamet Juari sambil terkikik. “Mereka enggak tahu saya sudah menghubungi 'dunia' kalau kami dalam sandera”
Usut punya usut, keberadaan para perompak di atas kapal Sinar Kudus ternyata sudah diketahui dan disiarkan ke seluruh nahkoda kapal oleh petugas keamanan laut. Pengumuman itu disampaikan menyusul sinyal yang dikirimkan Sinar Kudus ke PT Samudera Indonesia, juga ke petugas keamanan perairan.
Oleh karena itu, seluruh nahkoda diminta menjaga jarak sejauh 100 mil dari Sinar Kudus yang diidentifikasi sebagai kapal perompak. Inilah yang menyulitkan perompak mendapatkan korban pengganti dan memutuskan membajak Sinar Kudus.
Namun, bukan itu saja yang menjadi hambatan perompak tak mendapat target sasaran perompakan baru. Problem utama lain adalah Kapal Sinar Kudus kalah cepat dengan kapal yang disasar untuk dibajak. “Bagaimana mungkin mengejar kapal yang lewat 13-14 knot atau bahkan 20 knot. Sementara kami hanya 11-12 knot,” kata Masbukin, mualim Sinar Kudus. “Baru didekati sudah lari.”
Baca Juga:
Aksi ini, menurut Slamet, sebenarnya merugikan mereka. Soalnya kondisi di sana juga sesungguhnya sangat tak aman. Seminggu berputar-putar, tak satu pun dapat sasaran. Malah di saat bersamaan, ada kelompok lain yang ikut mengejar sasaran bersama.
Perburuan pertama, Sinar Kudus dibawa ke Perairan Pakistan. Ternyata sudah ada perompak lain yang ikut berebut. “Kami menghindar dari mereka,” kata Masbukin.
Lalu kapal dibawa ke arah Oman dan Yaman. Lagi-lagi di situ sudah ada yang merebut. Di Perairan Iran, sempat juga ada kapal kargo Emperor Yunani, didekati dengan jarak kurang lebih dua mil. Di situ, bos perompak menitahkan anak buahnya menurunkan speed boat untuk mengejar Emperor.
Selama 15 menit, terjadi baku tembak. Tapi aksi itu gagal, dan perompak Somalia itu kembali ke Sinar Kudus. Penasaran, Masbukin bertanya. “Kenapa gagal?”
Para perompak itu mengaku. “Kami ditembaki dari atas.”
“Rupanya kapal itu ada tentaranya,” kata Masbukin lagi dengan terkekeh.
Baku tembak itu tak pelak menciutkan nyali perompak yang memilih kabur. “Mereka takut juga kalau dilawan,” kata Sugiyanto, Kepala Mesin Sinar Kudus.
Muter-muter tak karuan itu menguras persediaan bahan bakar. Akhirnya Sinar Kudus ditarik ke Perairan Somalia dan buang jangkar, tiga mil mendekati kampung perompak pada 23 Maret. Saat itu sekaligus dimulainya negosiasi.
Mengajak korban ikut merompak ternyata tak dialami Sinar Kudus saja. Belakangan diketahui, modus ini dilakukan perompak kalau mereka mendapat kapal bajakan yang kurang sesuai 'standar' gemuk mereka.
“Ternyata setelah sampai di sana (Somalia), ada juga kapal yang berhasil mencarikan kapal bajakan yang sesuai, ternyata malah ikut dibajak juga. Jadi, dua-duanya dapat, deh, ” kata Masbukin memungkas.
WIDIARSI AGUSTINA | BUNGA MANGGIASIH | HARI TRI