TEMPO Interaktif, Jakarta - Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Budi Soesilo Supandji meminta aparat untuk bertindak tegas dan menangkap anggota gerakan radikal Negara Islam Indonesia sampai keakar-akarnya. Budi menilai gerakan radikal Negara Islam Indonesia sudah melanggar nilai-nilai Pancasila. Gerakan NII, menurutnya telah mempengaruhi pola pikir. "Mereka melakukan pemerasan tapi tidak merasa memeras," katanya dalam konferensi pers di Kantor Lemhanas, Jakarta Jumat 6 Mei 2011.
Pihaknya mengingatkan agar elemen bangsa mengedepankan wawasan kebangsaan. Gerakan radikal NII juga diduga telah merasuki rantai birokrasi. Sasaran mereka tidak hanya mahasiswa dan para remaja. Wilayah operasi mereka pun sudah tersebar luas hingga mencapai Jakarta. Sementara itu pemerintah sendiri belum melihat gerakan NII sebagai ancaman terhadap negara.
Untuk memutus deradikalisasi dalam jangka pendek, Budi mengatakan, harus ada penggunaan hukum secara tegas dan terukur. "Harus diatasi dengan cerdas dan melalui penggunaan aksi lunak," tuturnya.
Untuk solusi jangka panjang, Lemhanas menekankan pentingnya menggali kembali wawasan kebangsaan yang terdiri dari Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Binneka Tunggal Ika. Saat ini, Budi menilai, masyarakat jauh dari Pancasila karena hanya dilihat sebagai indoktrinisasi dan hafalan semata. "Saya tidak mau Pancasila hanya sekedar indoktrinasi. Seharusnya Pancasila menjadi penguat di lingkungan kerja," ujar Budi.
ADITYA BUDIMAN