TEMPO Interaktif, Jakarta - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Ansyaad Mbai mengatakan, kematian Usamah Bin Ladin tidak akan menggoyang keberadaan kelompok teroris yang ada di dalam negeri. Soalnya, pelaku teror domestik tidak lagi mengandalkan dana dari Timur Tengah, khususnya dari kelompok Al-Qaidah pimpinan Usamah. “Pendanaan tidak semata-mata dari Al-Qaidah,” kata Ansyaad di Universitas Paramadina, Rabu 4 Mei 2011.
Ansyaad berbicara dalam diskusi publik Indonesiana bertajuk "Mengupas Radikalisme di Sekitar Kita" yang digelar Tempo Interaktif, Tempo Institute, dan Universitas Paramadina.
Ansyaad mengatakan, pemerintah, terutama aparat keamanan dan intelijen, harus juga mencermati kegiatan-kegiatan yang berpotensi dijadikan sumber pendanaan kelompok teroris. Ia mencontohkan gerakan Negara Islam Indonesia (NII) yang merekrut anggota baru, mencuci otak mereka, dan menarik infak dari mereka sebagai sumber pendanaan.
Contoh lain yang dikemukakan Ansyaad adalah sejumlah aksi perampokan terhadap bank dan toko emas yang terjadi beberapa bulan lalu, dengan alasan fa'i. Namun, setelah diselidiki dan diusut polisi, perampokan itu dilakukan untuk menggalang dana guna melakukan aksi teror. “Jadi, dari dalam kita juga perlu introspeksi,” katanya.
Sebelumnya, pengamat terorisme Wawan Purwanto mengatakan aksi terorisme di Indonesia tak lagi disokong dana dari Timur Tengah, khususnya dari kelompok Al-Qaidah. Sejak Bom Bali I pada 2002, aksi terorisme dalam negeri praktis didanai secara swadaya oleh para teroris dengan dibantu simpatisan mereka.
"Sekarang tidak ada lagi donasi dari Bin Ladin (Al-Qaidah). Mereka mencari sumber dana patungan, dari simpatisan, dan teman yang simpati pada gerakan mereka," kata Wawan.
Menurut Wawan, aksi Bom Bali I memang didanai Bin Ladin. Dana dikirim melalui Hambali yang saat ini ditahan Pemerintah Amerika Serikat di Guantanamo. Kelompok Bom Bali I rutin mendapatkan pasokan dana Rp 150 juta per bulan dari Al-Qaidah. "Uangnya dibawa melintas batas, lalu dibawa ke sini menggunakan koper," ujarnya.
Setelah Bom Bali I, kelompok teroris di Indonesia tercerai-berai. Banyak di antara mereka yang berperan sebagai kurir telah tertangkap. Di antaranya Lili, Johan, dan Abdullah Sonata.
MAHARDIKA SATRIA HADI