TEMPO Interaktif, YOGYAKARTA - Meski sudah menjadi abdi dalem Keraton Yogyakarta tak kurang dari 12 tahun, Mas Lurah Anom Suraksosihono alias Mas Asih, ternyata masih grogi dengan prosesi pelantikannya di Bangsal Kasatriyan Kraton Yogyakarta, Senin 4 April 2011. Agar tata cara pelantikannya sebagai Juru Kunci Merapi lancar, Mas Asih pun rela ‘digembleng’ latihan 'laku ndodok' alias jalan jongkok selama dua minggu penuh.
“Banyak yang mengira, termasuk saya, untuk berjalan jongkok saat menghadap pembesar keraton itu mudah. Ternyata sulit sekali, apalagi kalau campur grogi," kata Asih kepada Tempo. " Jadi kalau ambruk pas jalan dan lagi banyak orang kan lucu"
Dalam latihan, putra ketiga mendiang Mbah Maridjan ini mengaku harus sering mengulang cara berjalan karena sering capek duluan. “Ada ritme yang harus dijaga, biar jalan teratur," kata Sihono, nama asli Asih. " Juga agar pakaiannya tetap rapi saat berjalan, Itu susahnya,” kata dia.
Menurut Asih, meski menjadi anak kuncen gunung Merapi, dan sering ikut ayahnya dalam berbagai kegiatan tradisi, toh pegawai di Universitas Islam Indonesia ini tak pernah belajar tata perilaku keraton. Termasuk oleh ayahnyanya sendiri. Soalnya, pawiyatan (pelatihan) ini belum ada pada masa Mbah Maridjan, namun baru mulai ada 2010.
Agar latihan lancar, Asih pun latihan bersama 229 abdi dalem. Ratusan abdi itu juga akan dilantik bersamaan dirinya oleh Dalem Kraton Ngayogyakarta yang dilakukan Penghageng Kawedanan Hageng Panitrapura Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, GBPH Joyokusumo.
Butuh dua pekan bagi Asih 'jalan ndodok' wara-wiri tiga meter. Selama itu, sebenarnya latihannya lancar-lancar saja.
Namun toh, saat hari itu tiba, Asih tetap saja grogi. Jalan tiga meter menerima Serat Kekancingan dari Sri Sultan HB X dan berhadapan selama dua jam, jantung Asih pun empot-empotan. " Saya ini orang gunung, warga ngisor. Status dan tugas baru juga bikin grogi" ujarnya.
Meski begitu, Asih tetap mengaku akan 'ngugemi' titah Istana. Menjaga kelangsungan tradisi di kawasan Merapi.
PRIBADI WICAKSONO