Mukti bersama istrinya Arsini dan tiga anaknya masing-masing Muhammad Haris Fitya Ramadani, 8 tahun; Zahra Chantika, 5 tahun dan Alya Muhbhita, 3 tahun. Sedangkan keluarga Sabaruddin bersama istrinya Husmiarti dan anak semata wayangnya Filsatakia, 2 tahun. “Sejak dua tahun lalu kami tinggal di Jepang untuk menjalani tugas belajar di Tohoku University," kata Mukti yang masih kelihatan trauma.
Kedua keluarga ini tinggal di Fukushima yang merupakan titik terparah yang terkena dampak gempa.Sehingga semua barang dan perabot rumahnya tidak ada yang berhasil diselamatkan. Arsini mengatakan kondisi kota tempat mereka tinggal kerusakannya cukup parah, sisa reruntuhan rumah dan gedung masih berserakan dimana-mana.
Saat gempa terjadi Arsini sedang perjalanan pulang ke rumahnya, yang baru saja menjemput anaknya di sekolah. Ia dan anaknya sampai terjatuh ari sepeda akibat gempa itu, tak hanya itu, tiang listrik di sisi kiri dan kanannya juga terlihat tumbang. "Saya tiga kali terjatuh dari sepeda," jelas Arsini, "Terakhir saya sudah tidak sanggup melangkah tapi ditolong orang Jepang. Kami kemudian berlindung di balik tembok, setelah kondisi tenang saya berlari menuju rumah untuk membantu suami menyelamatkan anak-anak di rumah."
Mereka tiba di Jakarta baru 94 orang dari rombongan yang berjumlah 120 orang, sisanya akan menyusul pada tahap pemberangkatan berikutnya dari Jepang. "Kami semua telah melalui pemeriksaan di Bandara Sukarno-Hatta terkait pengamanan dari efek radiasi nuklir, semuanya dinyatakan aman," kata Arsini.
Meski trauma, mereka berencana kembali ke Jepang begitu kondisi membaik. Saat ini kata Arsini, fasilitas umum seperti air bersih, listrik dan gas belum berjalan normal. "Sudah pasti kami kembali ke sana begitu kondisi membaik," kata Arsini.
Baca Juga:
Wakil Ketua Proyek Implementasi Pengembangan Fakultas Tehnik Bidang Beasiswa Universitas Hasanuddin, Andi Amri mengatakan pihaknya mengirim 26 mahasiswa ke Jepang pada 2009 lalu, dari jumlah ini, baru 3 dosen yang tiba di Makassar. Sedangkan 23 orang lainnya masih berada di Jepang, tetapi kabar terakhir kondisi mereka baik karena lokasi tempat tinggal mereka jauh dari lokasi bencana.
JUMADI