TEMPO Interaktif, Surakarta - Dugaan sapi asal Boyolali terjangkit antraks membuat Dinas Pertanian Surakarta memperketat masuknya daging sapi asal Kabupaten Boyolali.
Kepala Dinas Pertanian Surakarta Weni Ekayanti kepada wartawan mengatakan, pihaknya sudah menerjunkan tim untuk mengecek kondisi daging di pasaran tradisional. “Semalam sudah ada tim yang mengecek di lapangan. Sementara ini belum ditemukan (antraks),” jelasnya, Senin (21/2).
Selain itu, daging asal Boyolali akan benar-benar diperiksa untuk memastikan tidak ada daging mengandung antraks yang dikonsumsi masyarakat. Pemeriksaan dilakukan tidak hanya di pasar tradisional, melainkan juga ke supermarket, hotel, dan restoran.
“Tidak hanya yang sudah berbentuk daging, kami juga memeriksa hewan hidupnya,” katanya.
Ciri hewan yang terjangkit antraks, antara lainnya cuping hidungnya kering, keluar darah dari seluruh lubang, dan suhu tubuhnya lebih dari 40 derajat celcius. Penangan sapi yang terkena antraks, hewan tersebut disembelih dan segera dibakar agar virusnya mati. “Kalau hanya dikubur, virusnya bisa bertahan hingga 25 tahun,” lanjutnya.
Ciri lain sapi yang terkena antraks, daging, di bagian limpa sapi berwarna kehitaman. Sementara daging yang bagus berwarna merah cerah. Namun Weni menegaskan, hingga kini belum pernah ada kasus ditemukan daging mengandung antraks di Surakarta.
Saat ini, kebutuhan daging sapi di Surakarta perhari mencapai 3 ton, di mana sebanyak 800 kilogram berasal dari luar daerah, termasuk Boyolali. Weni meminta masyarakat tidak khawatir berlebihan karena hingga kini daging yang ada di pasaran aman dikonsumsi.
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Boyolali Dwi Priyatmoko memastikan tidak ada sapi asal Boyolali yang terkena antraks. Dia berani memastikan setelah mendapat konfirmasi resmi dari Balai Besar Veteriner di Wates, bahwa dari sampel yang diteliti dinyatakan sapi Boyolali negatif antraks.
“Karenanya tidak ada alasan untuk menolak sapi asal Boyolali karena sudah terbukti negatif antraks,” terangnya. Bahkan pihaknya siap melengkapi setiap sapi dari Boyolali dengan surat pengantar bebas antraks tersebut. Dalam sehari, rata-rata 100 ekor sapi Boyolali dikirim ke berbagai daerah.
Sebelumnya, belasan warga Dukuh Tangkisan, Desa Karangmojo, Kecamatan Klego, Boyolali diduga terkena antraks setelah memakan daging sapi yang disebut terkena antraks. Lantas sampel bekas penyembelihan diperiksa ke Balai Besar dan dinyatakan negatif antraks.
UKKY PRIMARTANTYO