Ardina, 21 tahun, istri almarhum mengatakan suaminya meninggal sekitar pukul 11.30 Wita, sebelumnya ia sempat koma, tetapi hanya berselang beberapa menit dia sudah tidak bernyawa lagi. "Kemarin sore dia juga sempat koma, tapi tidak lama kemudian kondisinya membaik.Suami saya tidak bisa melakukan apapun, bahkan pesan terakhir pun tak diucapkan karena memang tidak bisa bicara," kata Ardina sambil meneteskan air mata.
Pantuan Tempo, suasana duka sangat terasa di ruang jenazah rumah sakit, ibu korban, Asriani, 59 tahun terlihat shock. Beberapa rekannya dari Jurusan Komunikasi Universitas Hasanuddin datang melayat. Rencananya jenazah korban disemayamkan di rumah duka di Jalan Peruntet Polman Mandar, Sulawesi Barat.
Juru bicara rumah sakit, M Ilham yang ditemui di ruang kerjanya masih belum mau memberikan keterangan terkait meninggalnya Sofyan.
Sofyan adalah korban penembakan saat bentrokan antara polisi dan mahasiswa terjadi di depan kampus Universitas Al Asyariah Mandar (Unasman), 13 Januari lalu. Bentrokan dipicu demo mahasiswa yang menolak eksekusi oleh pengadilan negeri setempat atas sengketa kampusnya. Menurut Ardina, saat itu suaminya berusaha menghalau petugas yang melakukan pengamanan.
Perempuan yang sedang hamil empat bulan ini berharap pelaku penembakan bisa ditangkap dan dihukum setimpal. "Saya tidak tahu harus berkata apa lagi. Saya mohon polisi bisa mengusut kasus ini," kata Ardina.
Rekan korban, Fajar Ambas, dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Unasman berharap polisi serius mengusut kasus ini. Menurutnya, pihak kampus juga telah melakukan koordinasi dengan Lembaga Bantuan Hukum, Komisi Kepolisian Nasional termasuk mempercayakan pengacara untuk penanganan kasus ini.
ARDIANSYAH RAZAK BAKRI