TEMPO Interaktif, Jakarta - Ketua Satuan Tugas Evakuasi WNI di Mesir, Nur Hassan Wirajuda mengaku mengalami hambatan saat mengumpulkan warga negara Indonesia dari rumah-rumah mereka ke penampungan, serta dari penampungan ke airport. Pasalnya, Pemerintah Mesir melarang penggunaan bus-bus besar selama masa krisis politik terjadi disana, untuk mengantisipasi pengerahan massa demonstran dalam jumlah besar.
Tapi, tim tak kehilangan akal. Kedutaan Besar RI di Kairo, Mesir pun mengerahkan mobil-mobil kecil milik kedutaan untuk menjemput sekitar 400 orang warga Indonesia. Mobil- mobil tersebut digunakan untuk mengangkut warga dari rumah mereka ke tempat pengumpulan, serta dari penampungan ke Airport Kairo.
"Dubes optimis, setibanya Garuda di Kairo, (pengangkutan) tidak memerlukan waktu yang lama," kata Hassan di Bina Graha, Selasa 1 Februari 2011.
WNI yang berada di Mesir saat ini berjumlah 6.149 orang. "Kita prioritaskan wanita dan anak-anak," katanya. Selain itu, pemerintah juga akan memprioritaskan para mahasiswa yang memiliki kondisi ekonomi pas-pasan. Karena, kalau terjadi keterbatasan suplai pangan dan harga pangan meningkat, mereka bisa menderita.
Namun suplai pangan di Mesir saat ini masih normal. Para pedagang makanan saat ini masih membuka gerai-gerainya. "Belum ada krisis pangan," ujar Hassan. Dalam evakuasi WNI dari Mesir itu, Pesawat Garuda juga sudah menyiapkan stok makanan yang cukup, seperti biskuit, dan vitamin. Tim dari TNI Angkatan Udara juga membawa stok makanan kaleng. "Mengingat waktu persiapan waktu yang pendek."
Meski tahap pertama evakuasi untuk sekitar 400 orang warga saja, Hassan menjamin semua warga Indonesia bisa diangkut kembali ke Indonesia. Dua pesawat masih bersiaga di Jeddah, Arab Saudi dan siap mengangkut warga Indonesia.
"Tentu setelah ada evaluasi lapangan bersama KBRI. Sehingga bersama-sama kita akan memutuskan pesawat yang dalam status standby akan kita berangkatkan," katanya.
Kedutaan Besar RI di Kairo, kata Hassan, juga sudah membentuk pos-pos informasi. Lokasi ini tak jauh dari tempat penampungan warga Indonesia di Kairo dan di Naser City. Pemerintah memberikan waktu kepada perusahaan besar dan warga untuk mensosialisaiskan peluang untuk pulang. Meski begitu, pemerintah tidak akan memaksakan warganya untuk kembali ke tanah air.
"Jangan lupa bahwa sebagian besar mahasiswa kita, yang kepentingannya adalah ingin terus belajar," kata Hassan.
EKO ARI WIBOWO