Monsignore Situmorang juga menyatakan bahwa ia dan rekan-rekannya sesama tokoh lintas agama akan mempersiapkan pertemuan tersebut, kendati belum mengetahui format pembicaraan yang akan dilakukan dengan Kepala Negara. "Karena Presiden yang mengundang, kami mrasa patut untuk pergi," ujarnya.
Dalam pertemuan itu nantinya, Monsignor Situmorang menyatakan akan terbuka mendengar pernyataan Presiden. "Kami akan mendengarnya namun kami tetap akn menyampaikan hakekat
substansi pmikiran kita," katanya. Ia menambahkan, "Sehingga tidak ada istilah nabi istana."
Pernyataan tersebut juga dikuatkan oleh Pendeta Andreas A. Yewangoe. "Kami akan tetap kritis, kami bukan nabi istana," ujarnya.
Adanya kritik terhadap para tokoh lintas agama yang disebut hanya mencari popularitas maupun ditunggangi kepentingan politik tertentu juga diluruskan. "Tidak ada yang menunggangi dan ditunggangi, kami tokoh agama tidak menjual moralitas," kata Romo Benny, yang juga hadir dalam pertemuan yang dimoderatori oleh Effendy Gazali tersebut.
Sementara itu, Solahudin Wahid menyatakan bahwa pernyataan bersama mereka merupakan amanah dari umat ataupun jemaah yang mereka pimpin. "Rakyat sebelumnya sudah memberi kepercayaan pada pemerintah, namun seiring waktu ternyata pemerintah tak lagi dapat menjamin kepercayaan tersebut," ujarnya.
PINGIT ARIA