Menurut Andi, rencana ini perlu didukung semua semua pihak. Tidak hanya korban, tapi juga lembaga tinggi negara, yakni Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat. “Kalau semua sudah berdamai, semua pihak akan senang, termasuk TNI,” kata Andi. Sebab, tujuan dari rekonsiliasi ini adalah persatuan, perdamaian, dan kesejahteraan.
Dia menjelaskan, bila kelak terwujud, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan meminta maaf kepada rakyat Indonesia atas segala peristiwa di masa lalu. Dalam hal ini, kata dia, Presiden sebagai kepala negara bertindak atas nama negara. “Bahwa kejadian di masa lalu adalah tindakan negara,” ujarnya.
Tentara Nasional Indonesia, kata dia, tak perlu risau sebab rekonsiliasi ini tak akan menyalahkan TNI sebagai organisasi atau individu-individu yang terlibat. “TNI dulu, atau orang-orang siapapun dia, hanya melaksanakan perintah negara,” ujarnya.
Lebih jauh Andi menerangkan, rekonsiliasi ini tak hanya menyangkut peristiwa pembunuhan anggota PKI atau pelanggaran hak asasi manusia lainnya. “Termasuk pembubaran Masyumi dan peristiwa-peristiwa politik lain,” katanya.
Menurut Andi, saat ini zaman sudah berubah. “Orang-orangnya juga sudah berubah. Masak masih saling menyimpan dendam,” ujarnya. Salah satunya, kata dia, permintaan maaf oleh putra Presiden Soeharto, Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soharto, kepada korban tahun 1965.
“Itu bagus tapi tak selesai dengan Tommy meminta maaf,” katanya. Alasannya, kata Andi, “Yang dilakukan Soeharto dulu juga atas nama negara.”
Andi berharap rekonsiliasi terjadi sebelum Yudhoyono lengser pada 2014. “Pada 2014 Pak SBY ingin meninggalkan kemudahan-kemudahan. Saat ini dia berani pasang badan,” kata Andi.
ANTON SEPTIAN