TEMPO Interaktif, Depok - Menanggapi tuduhan yang menyebut dirinya intel polisi, terdakwa terorisme Sofyan Tsauri meradang. Dari balik jeruji tahanan Pengadilan Negeri Depok, Rabu (6/10), dia menantang penuduhnya bersumpah mubahalah.
Mubahalah adalah mekanisme penyelesaian konflik setelah adu argumen yang tanpa hasil. Kedua pihak bertemu dan memohon pada Allah untu mengutuk pihak yang berdusta.
Sebelumnya, Ketua Advokasi Hukum Front Pembela Islam Munarman mencurigai sepak terjang Tsauri, mantan anggota Kepolisian Resor Depok. Munarman menduga Tsauri adalah penyusup. Usai melatih militan di Aceh, antara Maret 2009 dan Januari 2010, Sofyan berkelana ke berbagai daerah di Indonesia untuk mencari rekrutan baru. "Di Jawa Tengah, kami temukan bukti beberapa ustadz ditawarkan Rp 500 juta untuk mengirimkan santri-santri ke pelatihan," katanya.
Pelatihan tembak di Markas Komando Brigade Mobil di Kelapa Dua juga jadi pertanyaan. "Bagaimana mungkin polisi yang sudah desersi bisa mengajak orang keluar masuk untuk latihan tembak," katanya.
Menanggapi tudingan tersebut, Tsauri angkat bicara. Berikut wawancara Tempo dengan Tsauri:
FPI bilang anda intel. Bagaimana tanggapan anda?
FPI itu tidak tahu apa-apa soal kasus Aceh. Bahkan FPI dan saya tidak pernah satu fikrah (jalan pikiran).
Tapi FPI yakin karena memiliki jejak rekam anda?
Saya siap untuk bermubahalah dengan Habib Rizieq (Pemimpin Front Pembela Islam) dan Yusuf Qardhawi (Ketua FPI Aceh).
Qardhawi melihat Anda tidak diborgol dan berpenutup kepala saat di Aceh?
Saya dikirim ke Jakarta pakai pesawat komersil, jadi wajar.
Jadi Anda bukan intel?
Seandainya yang menuduh itu Usamah bin Ladin, saya pun siap bermubahalah.
REZA M