Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Wawancara dengan KH. Ali Yafie: Banyak Orang Tak Tahu Diri  

image-gnews
KH. Ali Yafie. TEMPO/ Dwi Narwoko
KH. Ali Yafie. TEMPO/ Dwi Narwoko
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta -Bicaranya masih lugas dan pendengarannya jernih meski usianya sudah beranjak 84. Kiai Haji Ali Yafie merupakan sedikit ulama tersisa dengan pemahaman fiqih Islam yang mumpuni. Ia mempunyai andil besar dalam perkembangan pemikiran Islam di Indonesia.

Kiai Ali -begitu dia biasa dipanggil-- pernah menjadi pucuk di Majelis Ulama Indonesia. Ia juga pernah menjadi Rois Am organisasi Nahdlatul Ulama dan memutuskan keluar pada 1991 karena persoalan bantuan dana SDSB untuk yayasan melalui NU. Ia berharap organisasi Islam terbesar di Indonesia itu tetap menjaga fungsinya sebagai organisasi sosial, keagamaan dan pendidikan, tanpa politik.

Kiai Ali sekarang telah melepaskan hampir semua jabatan di organisasi. Ia lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Kiai kelahiran Donggala Sulawesi Tengah ini hanya sebulan sekali menggelar pengajian di luar rumah. "Saya tahu diri karena sudah tak muda lagi," kata dia.

Usia memang telah membatasi aktivitasnya. Jalan harus dibantu. Ia rutin suntik insulin karena gula darahnya tinggi. Kiai Ali juga hanya makan kentang dan wortel, tanpa nasi.  Keluhan di tubuhnya, kata dia, sebagian besar lebih disebabkan faktor usia sehingga diminta dokter sabar. "Kalau dulu saya menyuruh orang bersabar, sekarang saya disuruh sabar sama dokter," ujarnya.

Meski lebih banyak di rumah, Kiai Ali tetap mengikuti perkembangan terkini seperti kasus kekerasan yang mengatasnamakan agama, kontroversi zakat serta organisasi yang telah membesarkannya Nahdlatul Ulama. Jumat pekan lalu, Kiai Ali menerima wartawan TEMPO Yandi M. Rofiyandi, Poernomo Gontha Ridho dan fotografer Suryo Wibowo di rumahnya di kawasan Bintaro, Tangerang. Ia masih semangat bercerita sejam lebih.

Bagaimana pelaksanaan kerukunan umat beragama di Indonesia, terutama ketika Ramadan ini?
Kita mulai dulu dari semboyan kerukunan hidup antar umat penganut agama yang berbeda. Awalnya muncul gagasan tri kerukunan yang dicetuskan almarhum Alamsjah Ratoe Perwiranegara waktu menjadi Menteri Agama 1983 - 1988. Kerukunan yang dimaksud adalah kerukunan intern umat beragama, kerukunan antar umat beragama dan kerukunan antara umat beragama dengan pemerintah.

Kiai termasuk yang menyumbangkan gagasan tri kerukunan?
Iya. Saya ikut menyumbangkan gagasan. Ketika pak Alamsyah pertama menjabat  menjadi menteri, saya diajak keliling seluruh Jawa dan Madura sambil diskusi. Gagasan itu berkembang sampai sekarang. Tapi ada orang bicara motong-motong, tak utuh dan bicara untuk kepentingan masing-masing. Bahkan ada yang mencopot dengan mengatakan kerukunan antar agama. Padahal antar agama itu tak bisa, karena masing-masing punya prinsip.

Gagasan itu tak diundangkan?
Gagasan itu merupakan pencerahan kepada semua umat beragama. Tidak diundangkan atau dibuat peraturan. Pak Alamsyah tampil dengan gagasannya dan mendapat sambutan dari seluruh umat beragama dan pemerintah.

Sebelum ada tri kerukunan itu umat beragama di Indonesia kan sudah rukun...
Dalam prakteknya memang umat kita rukun. Tapi tak ada gagasan yang dirumuskan sedemikian lengkap seperti caranya pak Alamsyah. Di Indonesia belum pernah terjadi perang agama, berarti ada kerukunan. Zaman penjajahan dulu memang ada kekerasan antara penganut agama. Misalnya kekerasan Katolik dengan Protestan atau NU dengan Muhammadiyah. Tapi setelah merdeka tak ada lagi. Dulu bisa saling lempar batu.

Apakah tri kerukunan itu membawa pengaruh terhadap kerukunan hidup umat beragama?
Setelah pak Alamsyah mengembangkan tri kerukunan secara berangsur kerukunan itu terasa. Pengamat-pengamat luar negeri juga bangga melihat kerukuan umat beragama di Indonesia, dibandingkan Inggris dan Irlandia. Negara yang mirip dengan Indonesia itu Libanon. Di sana ada kekuatan Kristen, Islam, Syiah dan Suni tapi bisa rukun dan sedemikian rupa sehingga diatur dalam negara. Jadi umat berbeda agama bisa disatukan untuk membela negara.
 
Dalam kenyataannya sekarang tri kerukunan itu belum bisa membuat penganut Ahmadiyah tenang?

Ahmadiyah itu memang tak masuk tri kerukunan ini. Kita bicara Ahmadiyah tanpa kepentingan politik apapun. Dalam hal ini, tak mungkin ada orang yang lebih tahu tentang Ahmadiyah dibandingkan dengan negara asalnya, yakni Pakistan. Jadi tak mungkin orang Indonesia lebih tahu tentang Ahmadiyah. Di Pakistan, kelompok Ahmadiyah pernah meminta kursi perwakilan pada waktu awal pemerintahan Ali Jinnah. Akhirnya diambil keputusan memberi satu kursi, yaitu kursi minoritas non Islam. Itu keputusan pemerintah. Ahmadiyah diberikan kursi perwakilan kursi minoritas non Islam.

Jadi bukan bagian dari Islam?
Iya, bukan sebagai intern umat Islam. Mereka lebih tahu dari kita, sebab ajaran ini lahir di sana. Menurut saya, orang Pakistan lebih tahu dari Indonesia. Kita kan cuma main akal-akalan, tak tahu sejarahnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tapi bukan berarti membenarkan adanya diskriminasi terhadap Ahmadiyah?
Tidak. Ahmadiyah boleh saja kalau menempatkan dirinya sebagai minoritas non Islam. Umat Islam kan bisa kerja sama dengan non Islam. Saya sudah mengkaji dan menyaksikan di Pakistan dan Bangladesh.

Bagaimana dengan kekerasan terhadap Ahmadiyah yang terjadi belakangan ini?
Seharusnya memang tak ada kekerasan. Asal mereka tahu menempatkan dan membawa diri. Ada satu kaidah pergaulan yang sifatnya universal yaitu setiap manusia harus tahu diri. Orang tahu diri pasti tahu menempatkan diri. Orang yang menempatkan diri pasti tahu membawa diri. Jangan salah tempat, harus tahu sopan santun pergaulan. Kita sekarang melihat di Indonesia, terlalu banyak orang tak tahu diri sehingga banyak kekacauan.

Mengapa kasus Ahmadiyah baru muncul belakangan? Apakah waktu Kiai di MUI belum muncul masalah?
Memang tak pernah bermasalah. Saya juga hanya sepintas saja di MUI. Saya cuma menyelesaikan periode pak Hasan Basri. Waktu itu memang seluruh orang fokus ke reformasi.

Dari zaman Orde baru juga sebenarnya tak ada kasus konflik Ahmadiyah?
Memang tidak ada karena diatur sedemikian rupa oleh pemerintah. Dengan segala kejelekannya, Orde Baru kendalinya sangat kuat. Setelah reformasi kan kebablasan sehingga tak tahu aturan. Demokrasi kebablasan sehingga orang bisa seenaknya. Bebas dengan berkeras.

Dengan situasi sekarang, apakah perlu campur tangan negara?
Mestinya negara punya ketegasan dan campur tangan seperti di Pakistan. Warga Ahmadiyah yang tak mengikuti ketentuan pindah ke London. Menteri Luar Negeri pertama juga dicopot akibat keputusan tegas di Pakistan itu. Sejarahnya jelas.

Dengan keputusan pemerintah soal status Ahmadiyah sebagai non-Islam itu apakah akan menyelesaikan masalah kekerasan terhadap Ahmadiyah?
Iya betul. Kalau begitu, orang sudah saling tahu diri dan menempatkan diri.

Bagaimana mengenai sekelompok orang yang mengatasnamakan agama, misalnya menjelang Ramadan melakukan sweeping sehingga meresahkan warga non-Islam?
Itulah sebahagian yang disebut tak tahu diri. Jadi seenaknya saja, di samping memanfaatkan kelemahan pemerintah. Kalau pemerintah kuat tak akan terjadi. Pengawasan dan kebijakan pemerintah sekarang tak mampu menciptakan apa yang telah dilakukan orde baru meskipun banyak kejelekannya. Ini kenyataan, saya tak bicara mengenai agama tapi kenyataan.

Wawancara selengkapnya bias dibaca di Majalah TEMPO yang terbit Senin (23/8).

POERNOMO GONTHA RIDHO | YANDI M ROFIYANDI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Polemik Komentar Yaqut vs Cak Imin, LBH Ansor Siap Laporkan Dugaan Politisasi Agama di Pemilu 2024

1 hari lalu

Ketua DPP PKB Yaqut Cholil Qoumas menanggapi ihwal wacana PKB  mendisiplinkan dirinya karena bicara soal memilih pemimpin. Kompleks DPR RI, Jakarta, Senin, 2 September 2023. TEMPO/Tika Ayu
Polemik Komentar Yaqut vs Cak Imin, LBH Ansor Siap Laporkan Dugaan Politisasi Agama di Pemilu 2024

Ketua Lembaga Bantuan Hukum atau LBH Ansor pusat, Abdul Qodir, siap melaporkan dugaan politisasi agama pada Pemilu 2024.


Populasi Umat Yahudi di Dunia Tembus 15,7 Juta Jiwa

17 hari lalu

Ribuan umat Yahudi berdoa meminta hujan, di Tembok Barat, Yerusalem, 28 Desember  2017. REUTERS/Ronen Zvulun
Populasi Umat Yahudi di Dunia Tembus 15,7 Juta Jiwa

Populasi pemeluk agama Yahudi tumbuh 100 ribu lebih dalam setahun terakhir.


Cak Imin: di Mana Ada Saya dan PKB Tidak Akan Ada Radikalisme

19 hari lalu

Bakal Capres - Cawapres, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar saat tiba di Kantor DPP PKS, Jakarta, Selasa, 12 September 2023. Pertemuan antara Partai Koalisi Perubahan pendukung Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar itu membahas berbagai hal strategis terkait jelang Pilpres 2024 seperti membahas tim pemenangan. TEMPO/M Taufan Rengganis
Cak Imin: di Mana Ada Saya dan PKB Tidak Akan Ada Radikalisme

Cak Imin menilai menilai agama seharusnya menjadi perekat. Demikian juga dengan tempat ibadah yang seharusnya bukan menjadi ladang pemecah belah.


PSKP UGM dan PBNU Luncurkan Buku, Berinisiatif Jadikan Agama Sumber Solusi

4 Agustus 2023

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menyampaikan selamat menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan 1444 H. Foto: PBNU
PSKP UGM dan PBNU Luncurkan Buku, Berinisiatif Jadikan Agama Sumber Solusi

PSKP Universitas Gadjah Mada dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama atau PBNU beserta UGM Press, CSCV dan UNU Yogyakarta meluncurkan buku prosiding R20.


Badan HAM PBB Berselisih Paham soal Pembakaran Al Quran

10 Juli 2023

Pengunjuk rasa membawa poster dalam aksi protes atas pembakaran Alquran di Stockholm, di luar kedutaan Swedia di London, Inggris, 28 Januari 2023. REUTERS/Henry Nicholls
Badan HAM PBB Berselisih Paham soal Pembakaran Al Quran

Dewan Hak Asasi Manusia PBB akan memperdebatkan draf kontroversial tentang kebencian agama setelah pembakaran Al Quran di Swedia.


OKI Minta Ada Kebijakan Kolektif untuk Cegah Aksi Pembakaran Al-Quran

3 Juli 2023

Massa aksi membawa poster saat aksi ulama, advokat, dan tokoh masyarakat, menyikapi pembakaran Al Quran di Swedia dan Belanda, dalam aksi bela Al Quran di Bandung, Jawa Barat, 3 Februari 2023. Mereka menuntut pemerintah untuk menyikapi peristiwa ini dengan tegas, menuntut pemutusan hubungan diplomatik, dan memboikot kerja sama dengan Belanda dan Swedia. TEMPO/Prima Mulia
OKI Minta Ada Kebijakan Kolektif untuk Cegah Aksi Pembakaran Al-Quran

OKI menyerukan agar dilakukan sejumlah kebijakan kolektif demi mencegah terulangnya kasus pembakaran al-Quran


Romo Katolik Lulus S3 di UIN Yogyakarta, Disertasi Bicara Kepercayaan Toraja, Katolik, dan Islam

9 Juni 2023

 Suasana ujian terbuka disertasi Romo Anthonius Michael berjudul Interaksi Agama dan Tradisi Lokal di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 31 Mei 2023. Dokumentasi: Romo Anthonius.
Romo Katolik Lulus S3 di UIN Yogyakarta, Disertasi Bicara Kepercayaan Toraja, Katolik, dan Islam

Romo Katolik yang sehari-hari bertugas di Seminari Tinggi Anging Mamiri, Kabupaten Sleman, Anthon Michael membetot perhatian publik melalui disertasinya yang mengangkat akulturasi Aluk To Dolo, agama lokal Suku Toraja, Sulawesi Selatan dengan Katolik dan Islam.


Recep Tayyip Erdogan Sebut Lawan Politiknya Mendukung LGBT

5 Mei 2023

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengecam pernyataan Penasehat Keamanan AS, John Bolton, agar negaranya melindungi pasukan milisi Kurdi YPG pasca penarikan pasukan AS dari Kota Manbij, Suriah. Reuters.
Recep Tayyip Erdogan Sebut Lawan Politiknya Mendukung LGBT

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menuduh Kilicdaroglu dan sekutu-sekutunya pro-LGBT.


Agama, Al-Qur'an dan Sains

11 April 2023

Ilustrasi mengaji. TEMPO/Subekti.
Agama, Al-Qur'an dan Sains

Meski Al-Qur'an bukanlah kitab sains, tetapi ia merupakan sumber ilmu pengetahuan. Ayat saintifik membutuhkan peran akal untuk mengungkapnya.


Mahfud Md di Peresmian GKI Pengadilan: Bentuk Negara Hadir Sesuai Konstitusi

9 April 2023

Menko Polhukam Mahfud MD (kedua kiri) bersama Mendagri Tito Karnavian (tengah) dan Wali Kota Bogor Bima Arya (kanan) mengikuti acara peresmian Gedung Gereja GKI Pengadilan Pos Bogor Barat di jalan KH Abdullah bin Nuh, Kota Bogor, Jawa Barat, Minggu, 9 April 2023. Bima menyebut sedikitnya ada 30 pertemuan resmi, dan 100 lebih pertemuan informal yang digelar untuk mencari ujung penyelesaian konflik pembangunan gereja ini. ANTARA FOTO/Arif Firmansyah
Mahfud Md di Peresmian GKI Pengadilan: Bentuk Negara Hadir Sesuai Konstitusi

Mahfud Md mengatakan peresmian Gereja Kristen Indonesia Pengadilan pos Bogor yang dikenal GKI Yasmin, merupakan bentuk kehadiran negara.