TEMPO Interaktif, Kediri - Sedikitnya 50 punkers mendatangi Balai Kota Kediri. Mereka memprotes penangkapan dan pelecehan terhadap anggota punk perempuan oleh anggota Satuan Polisi Pamong Praja setempat.
Dengan berjalan kaki, puluhan punkers yang tergabung dalam Street Punk Kediri ini mendatangi halaman Balai Kota Kediri. Mereka langsung berorasi dan menyanyikan lagu-lagu bertema kebebasan sebagai bentuk protes atas penangkapan yang dilakukan petugas Satpol PP beberapa hari terakhir. “Kami bukan binatang,” teriak Refi Pandegel, koordinator Street Punk Kediri, Rabu (4/8).
Menurut Refi, sebanyak tujuh anggota punk dengan salah satunya perempuan telah ditangkap petugas Satpol PP, Senin (2/8) lalu. Mereka diamankan dari perempatan jalan saat sedang mengamen. Setibanya di kantor Satpol PP, enam anggota punk laki-laki diminta menanggalkan pakaian, jaket dan sepatu mereka. Selanjutnya petugas juga memotong rambut jabrik mereka.
Selain merampas seragam dan atribut kebanggaan mereka, petugas juga melecehkan secara verbal kepada Fani, 14, punker perempuan yang turut terjaring razia tersebut. Selain merampas jaket dan sepatunya, beberapa petugas juga mengolok-olok Fani telah melakukan pesta seks bersama teman-temannya. “Paling kamu sudah ditiduri oleh teman-temanmu,” kata Refi menirukan ucapan anggota Satpol PP kepada Fani.
Tak terima dengan perlakuan itu, puluhan anggota Street Punk melakukan aksi turun jalan. Mereka menuntut Satpol PP dibubarkan karena mengancam kelangsungan hidup anak-anak jalanan. Sebab, selain mengejar mereka, petugas juga merampas alat mengamen mereka yang dipergunakan untuk mencari nafkah.
Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Kediri Muhammad Ivantoro menantang balik para punkers saat menemui mereka di halaman Balai Kota. Dia mengancam untuk membersihkan kelompok punk dari Kota Kediri jika masih membandel. Apalagi diketahui jika anggota punk tersebut sebagian besar adalah pendatang dari luar kota. Beberapa di antaranya berasal dari Gersik, Sidoarjo, Malang, Ngawi, dan Bojonegoro. “Saya akan sikat mereka sampai habis,” kata Ivan.
Dia juga tidak menampik adanya perampasan pakaian, alat mengamen, dan pemotongan rambut dalam razia kemarin. Ivantoro bahkan mengaku memiliki bukti-bukti jika para punker itu telah melakukan seks bebas di komunitas mereka. Saat ini mereka telah menggunakan belakang Stadion Brawijaya sebagai markas untuk berbuat mesum. “Banyak warga yang melapor kepada kami,” kata Ivan.
Aksi unjuk rasa itu akhirnya bubar setelah Satpol PP bersikukuh untuk tetap merazia mereka. Bahkan Satpol akan mengerahkan polisi untuk menangkap dan mengusir komunitas punk dari Kediri.
Wakil Kepala Kepolisian Resor Kediri Kota Komisaris Polisi Kuwadi yang terjun mengamankan unjuk rasa mengatakan saat ini terdapat 40 anggota punk di Kediri. Sebelum terjaring Satpol PP, mereka juga pernah terjaring kegiatan penertiban yang dilakukan polisi. “Kami juga punya kewajiban menertibkan mereka,” kata Kuwadi.
HARI TRI WASONO