TEMPO Interaktif, Kediri - Ribuan warga Kota Kediri memadati jalan menuju Balai Kota setempat. Mereka berebut menyaksikan pawai kebudayaan yang diikuti seluruh seniman tradisional dan pelajar Kota Kediri.
Parade Budaya yang digelar dalam memperingati Hari Jadi Kota Kediri ke-1131 ini diikuti oleh seluruh kelompok kesenian tradisional Kediri. Di antaranya adalah kesenian Jaranan, Jatilan, drum band, hingga arak-arakan pakaian tradisional yang diperagakan pelajar sekolah dasar.
Berangkat dari Stadion Brawijaya Kediri, iring-iringan seniman ini berjalan menyusuri jalan protokol sejauh tiga kilometer menuju Balai Kota Kediri. Selain memamerkan busana tradisional, para seniman ini juga memeragakan tarian di sepanjang perjalanan. Aksi ini tak pelak menyedot perhatian masyarakat yang berjejal di pinggir jalan.
Juru Bicara Pemerintah Kota Kediri Nurmuhyar mengatakan Parade Budaya ini merupakan salah satu rangkaian peringatan hari jadi Kota Kediri ke-1131. Selain memperkenalkan kesenian tradisional asli Kediri, panitia juga menyulap kawasan pertokoan di Jalan Doho menjadi bazar. “Seluruh kendaraan kita tutup karena badan jalan dipergunakan para pedagang,” kata Nurmuhyar.
Tak hanya menyediakan pasar murah dan pameran budaya, Pemerintah Kota Kediri juga memboyong grup musik Kangen Band untuk menghibur masyarakat Kediri. Sayang pertunjukan musik yang berlangsung semalam di Gedung Olah Raga (GOR) Kediri, Senin (26/7) malam berakhir tragis.
Petugas kepolisian menghentikan pertunjukan musik yang tengah berlangsung karena terjadi tawuran hebat. Sejumlah penonton dikabarkan menderita luka-luka akibat insiden tersebut.
Namun demikian, rangkaian peringatan ulang tahun Kota Kediri yang menelan dana Rp 1 miliar ini tak luput dari kecaman warga. Para pengguna jalan yang merasa terganggu akibat banyaknya jalur utama yang dijadikan lokasi pameran meminta pemerintah merubah lokasi. Sejumlah jalan yang kerap ditutup akibat peringatan ini adalah Jalan PK Bangsa, Jalan Erlangga, Jalan Hayam Wuruk, dan Jalan Doho.
Penutupan lokasi terakhir banyak menyulut emosi warga yang tidak bisa berbelanja di tempat itu. Sebab kawasan itu merupakan pusat kompleks pertokoan terbesar di Kota Kediri yang menjadi tulang punggung kegiatan ekonomi warga. “Kenapa harus Jalan Doho yang dijadikan lokasi,” gerutu Rokib, 45 tahun, salah satu pengguna jalan yang setiap hari melintasi jalur tersebut.
HARI TRI WASONO