Anak bungsu dari pasangan Suparno dan Misti, itu dengan susah payah menamatkan pendidikan sekolah dasar. Warga Dusun Gentengan, Desa Pulo Lor, Kecamatan Jombang Kota, Kabupaten Jombang, itu lulus tes masuk di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 3 Jombang. Ini adalah salah satu sekolah unggulan di Jombang.
Desi terglong murid cerdas. Selama di sekolah dasar dia selalu menempati rangking teratas di kelasnya. Tapi kemiskinan membuatnya tertatih-tatih meraih pendidikan yang lebih tinggi.
Kedua orang tuanya tak punya banyak uang. Suparno, sang ayah, adalah pengayuh becak dengan penghasilan Rp 10 ribu per hari. Adapun sang bunda, Misti, bekerja sebagai buruh masak dengan upah Rp 300 ribu per bulan. Penghasilan yang serba sedikit itu harus dipakai menghidupi Desi dan dua kakaknya. Mereka pun tinggal di sebuah rumah, meski berdinding tembok, namun reot.
Desi dan kedua orang tuanya bingung ketika mendaftarkan anaknya di SMP Negeri 3, Kamis pekan lalu. Pihak sekolah mengharuskan segera membayar tunai Rp 550 ribu yang disebut sebagai uang seragam sekolah. Desi terancam tidak bisa mengikuti masa orientasi sekolah (MOS) jika tidak segera melunasinya. Bahkan tidak bisa bersekolah.
Suparno dan Misti sudah berupaya meminta keringanan. Namun pihak sekolah menolaknya. Usaha mendapatkan pinjaman dari para tetangga pun tak membawa hasil. Tidak ingin sekolah anaknya terhenti, Suparno menggadaikan sepeda onthelnya serta televisi ukuran kecil. Kedua barang itu boleh dibilang merupakan harta yang masih tersisa bagi keluarga ini. ”Alhamdulillah, uang hasil gadai itu cukup,” tutur Suparno kepada Tempo, Senin (12/7).
Desi memang bisa mengikuti MOS yang dimulai Senin ini. Tapi masih banyak biaya yang dibutuhkannya agar bisa lancar menempuh pendidikan. Itu sebabnya Suparno dan Misti berharap uluran tangan pemerintah. Layaknya orang tua pada umumnya, Suparno dan Misti juga bercita-cita agar anaknya bisa menjadi orang pandai. MUHAMMAD TAUFIK.