TEMPO Interaktif, Kuta - Sebuah patung penyu raksasa kini menghiasi Pantai Kuta, Bali. Patung yang diresmikan pada Sabtu (19/6) itu sekaligus merupakan fasilitas konservasi penyu, yakni untuk menetaskan telur penyu.
Bupati Badung Anak Agung Gde Agung berharap keberadaan patung itu akan mengubah citra pariwisata Bali yang sempat dikenal sebagai daerah pembantai penyu, khususnya di daerah Badung Selatan. “Ini juga menambah daya tarik wisata di Kuta,” kata dia.
Dia berjanji akan membantu pengembangan fasilitas ini sebagai pusat penelitian dan pendidikan mengenai penyu. “Ini sesuai dengan konsep ekoturisme,” tegasnya.
Selain peresmian patung, Bupati bersama ratusan wisatawan juga melakukan pelepasan 500 tukik (anak penyu). Kegiatan ini adalah agenda rutin yang sudah dilakukan sejak tahun 2002. Sejak saat itu sedikitnya sudah 6.400 tukik yang dilepas ke laut dari hasil penetasan dari telur yang juga didapat di Kuta.
Ketua Satgas Pantai Kuta AA Ngurah Tresna yang memprakarsai konservasi itu mengatakan awalnya dia bersama LSM Pro Fauna banyak mendapat cibiran masyarakat karena perdagangan dan konsumsi penyu sudah dianggap sebagai hal yang wajar dilakukan. Bahkan setelah keluarnya UU tentang Sumber Daya Alam yang menyebut penyu sebagai binatang yang dilindungi.
Tetapi, seiring kerasnya penegakan hukum serta sorotan pariwisata internasional yang mengancam akan memboikot Bali, upayanya mulai banyak mendapat perhatian. Fasilitas yang awalnya hanya sekedar untuk menyelamatkan telur penyu lama kelamaan diubah menjadi fasilitas yang lengkap. Kini bahkan dilengkapi dengan outlet penjualan souvenir yang dananya dimanfaatkan untuk konservasi penyu.
ROFIQI HASAN