Misuari mengatakan, tujuan kedatanganya untuk studi banding pendidikan Islam ke sejumlah pondok, di antaranya Tebuireng. Selain itu, petolan muslim Moro yang datang bersama istrinya ini juga menyempatkan diri berziarah ke makam mantan Presiden Republik Indonesia ke-4, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
“I would like study Islamic education here,” kata dia singkat sebelum meninggalkan pondok. Dalam kesempatan itu, Misuari memamerkan bendera kebesaran MNLF bergambar pedang dan bulan sabit dengan tulisan Arab.
Direktur Kerja Sama Sosial Budaya dan Organisasi Internasional Negara Berkembang, Soemarno mengatakan, saat ini kondisi masyarakat Moro sudah kondusif. Kontak fisik dengan tentara pemerintah sudah tidak ada. Hanya saja, konflik laten dalam bentuk perang tertutup masih tetap ada.
Sebabnya, kata dia, perjanjian damai yang pernah ditandatangani pada 1996 antara pihak MNLF dan pemerintah Filipina belum dilaksanakan dengan baik oleh pemerintah. ”Misalnya otonomi daerah di sana belum sepenuhnya bisa dilaksanakan. Masih ada larangan pembangunan tempat ibadah,” kata dia.
Sebagai negara yang bersinggungan langsung dengan Filipina, Indonesia memiliki peran penting dalam proses perdamaian di Filipina Selatan itu. Soemarno menyebut, konflik bisa saja melebar hingga ke Indonesia. ”Sebagai negara yang menjadi ketua organisasi negara-negara Islam dunia, Indonesia paling berperan mengawasi kondisi di Filipina,” ujarnya.
Sementara itu, Gus Sholah menegaskan, dirinya tidak mendukung upaya kemerdekaan di Moro dengan cara pelepasan diri dari negara. Namun dia mendukung upaya perdamaian di sana.”Masalah kemerdekaan, kami tidak tahu soal itu, tapi kalau mendukung perdamaian pasti kami dukung,” ujarnya.
MUHAMMAD TAUFIK