Kepala Satuan Lalu Lintas Ajun Komisaris Polisi Dwi Waluyo mengatakan dugaan tersebut didasarkan pada pengakuan sejumlah korban selamat yang mengatakan bus PO Manis dengan nomor polisi AG 7162 S itu berjalan mundur saat berada di tanjakan. “Sopir sepertinya terlambat mengganti gigi lebih rendah,” kata Dwi Waluyo kepada TEMPO, Rabu (19/5).
Kecelakaan itu diperparah dengan kondisi tebing jurang yang sangat terjal. Sehingga sebelum meluncur ke dasar jurang sedalam 50 meter, badan bus sempat terguling beberapa kali hingga menyebabkan tujuh penumpang termasuk sopir meninggal dunia.
Meski tidak ada daftar penumpang (manifest) secara pasti, diperkirakan bus tersebut mengangkut 40 penumpang. Sebagian besar penumpang adalah rombongan Taman Kanak-kanak PGRI 2 Papungan, Kecamatan Kanigoro, Blitar. Mereka terdiri dari 25 siswa dan 15 guru pendamping, orang tua, dan awak bus.
Abdul Aziz, 40 tahun, salah satu orang tua siswa yang selamat dari musibah itu mengatakan, meski mesin dalam keadaan hidup, bus tersebut justru berjalan mundur sebelum masuk ke dalam jurang. Dia mengaku tidak mengetahui kejadian berikutnya selain teriakan orang-orang. “Semuanya gelap,” katanya saat dirawat di RS Mardi Waluyo. HARI TRI WASONO.