Welly Karlan, koordinator penyelenggara kegiatan mengatakan ritual itu merupakan doa bersama yang diikuti umat Budha untuk perdamaian dunia. Sesuai namanya, Monlam berasal dari kata Mon (aspirasi) dan Lam (jalan). “Jadi jalan untuk kedamaian semua makhluk,” kata dia.
Menurut dia, Monlam merupakan ritual berdoa tahunan yang dilakukan umat Budha di seluruh dunia. Ada dua tempat yang dianggap mulia untuk melakukan ritual ini. Yakni Candi Borobudur di Magelang Indonesia dan satu lainnya tempat kelahiran sang Budha di India.
Dia mengatakan ada 150 pemeluk Budha yang mengikuti Monlam. Sebanyak 30 diantaranya berasal dari luar negeri. Mereka berdoa dengan dipimpin oleh 36 Bikhu. Rencananya, rangkaian acara ini akan digelar selama tiga hari, hingga Minggu (4/4) besok.
Monlam pada tahun 2010 ini, kata dia, merupakan yang kedua kalinya digelar di Borobudur. Jumlah pesertanya tercatat lebih sedikit dibanding dengan tahun 2009 sebelumnya. “Tahun kemarin ada 200 orang (peserta),” kata dia.
Pemilihan Borobudur sebagai lokasi Monlam oleh umat Budha, kata dia, bukan tanpa alasan. Dalam sejarah, Borobudur diyakini merupakan pusat kedudukan dari Jowo Serling Pa, guru Athisa (seorang tokoh agama Budha di dunia). Athisa melahirkan satu aliran dalam agama Budha, yakni Vajnayana atau lebih dikenal sebagai Tantrayana. Aliran ini kini berpusat di Tibet.
Bhiksu Badra Suci, seorang Bhiksu sekaligus pakar tentang Borobudur, mengatakan meski dianggap tempat suci oleh umat Budha, namun Candi Borobudur bukan merupakan tempat ibadah. Borobudur merupakan sebuah monumen (mandala).
“Jadi bukan seperti Vihara,’ kata dia. Borobudur, kata dia, adalah sebuah monumen yang merupakan tempat untuk menggali nilai kemanusian seperti yang diajarkan oleh sang Budha.
ANANG ZAKARIA