TEMPO Interaktif, Tulungagung - Pemerintah Kabupaten Tulungagung mendesak Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan segera menyelidiki temuan fosil purba di Dusun Mbolu, Desa Ngepo, Kecamatan Tanggung Gunung. Hingga saat ini pemerintah belum berani melakukan pengamanan fosil-fosil yang masih berserakan.
Juru Bicara Pemerintah Tulungagung Ahmad Pitoyo mengatakan permintaan penyelidikan ini sudah disampaikan dua pekan lalu kepada BP3 Trowulan, namun hingga kini belum ada rencana observasi dari mereka di lokasi penemuan. “Hanya BP3 yang memiliki arkeolog,” kata Pitoyo kepada Tempo, Selasa (23/3).
Pemerintah daerah sendiri, menurut Pitoyo, tidak memiliki tenaga ahli untuk melakuan penggalian maupun pengamanan fosil-fosil purba yang diduga berasal dari peradaban Mesolitikum tersebut. Akibatnya, benda bersejarah itu hingga kini masih berserakan di lereng pegunungan dan terancam rusak oleh kegiatan masyarakat di sekitarnya.
Satu-satunya upaya penyelamatan terhadap fosil berbentuk sampah purba atau kjokken maddinger ini dengan mengambil sebagian untuk dititipkan ke sebuah lembaga Kajian Sejarah Sosial dan Budaya (KS2B) Tulungagung.
Sedikitnya 157 fosil yang terdiri dari 41 fosil yang diduga tulang, 24 fosil terumbu karang, dan 92 fosil gastropoda tersimpan di sekretariat KS2B. “Kami hanya menyimpan dan tidak bisa melakukan penelitian lebih lanjut,” kata Ketua KS2B Triyono.
Sejarawan ini juga menyayangkan lambannya respons BP3 Trowulan untuk melakukan observasi atas temuan ini. Sebab, jika benar fosil tersebut berusia di tahun 20.000–40.000 sebelum Masehi, dipastikan fosil ini jauh lebih tua dibandingkan Homo Wajakensis yang diyakini sebagai fosil manusia pertama di dunia.
HARI TRI WASONO