TEMPO Interaktif, Balikpapan - Kawasan Delta Mahakam Kutai Kartanegara mengalami kerusakan parah akibat pertambakan liar. 85 persen dari kawasan seluas 108 ribu hektare itu mengalami kerusakan hutan mengrove.
"Kawasan Delta Mahakam sangat parah kerusakannya saat saya melintas dari udara,” kata Gubernur Kalimantan Timur, Awang Faroek Ishak, Jumat (19/3).
Kerusakan lingkungan Delta Mahakam, kata Awang, disebabkan warga setempat yang membabat hutan mangrove untuk pertambakan ikan. Namun, saat kondisi lingkungan airnya sudah menurun, warga kemudian berpindah ke lokasi mangrove yang lain.
Kebiasan buruk masyarakat ini, menurut Awang, menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan Delta Mahakam. Demikian pula penurunan produktivitas ikan pertambakan Delta Mahakam jenis udang, rumput laut dan tuna. “Saat mangrovenya masih bagus, dampaknya juga produktivitas ikan pertambakan,” paparnya.
Sehubungan hal itu, Awang meminta Bupati Kutai Kartanegara untuk memanggil pengusaha tambak yang memanfaatan keberadaan Delta Mahakam. Menurutnya, pengusaha tambak harus turut bertanggung jawab dengan merehabilitasi lingkungan Delta Mahakam.
Langkah pertama, kata Awang, dengan menanam sejuta pohon mangrove di kawasan Delta Mahakam Kutai Kartanegara. Kali ini, Provinsi Kalimantan Timur menggandeng Total Indonesie sebagai perusahaan minyak dan gas yang beroperasi di Delta Mahakam.
Awang mengharapkan perusahaan swasta lainnya ikut serta dalam merealisasikan program penghijauan Kalimantan Timur. “Agar perusahaan lain juga ikut terpanggil,” paparnya.
Executive Vice Presiden Total Indonesie, Hardy Pramono, mengatakan perusahaannya telah menghijaukan lahan seluas 2.600 hektare Delta Mahakam dengan 9,5 juta pohon mangrove. Dia menargetkan selama lima tahun ke depan, Total mampu menghijaukan 4.500 hektare area Delta Mahakam yang kritis.
“Penghijauan kami dimulai pada 2000 hingga saat ini. Pelaksanaanya terus kami lakukan,” paparnya.
SG WIBISONO